Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

EnTe | Balada Oknum Matador (BOM) Surabaya

14 Mei 2018   12:43 Diperbarui: 14 Mei 2018   12:54 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
franshare.blogspot.com

13 Mei kemarin, kota Surabaya di guncang aksi teror bom yang dikaitkan sebagai bagian dari kronologi balas dendam atas insiden kerusuhan napi teroris di rutan Mako Brimob, Depok seperti yang di utarakan oleh Kepala Polda Jawa Timur yaitu Irjen Machfud Arifin. Tapi apakah sesederhana itu para teroris mendaulatkan aksinya dengan memilih gereja dan kota Surabaya sebagai perwujudannya?

Jika kemungkinan penelusuran secara sudut pandang lokasi, justru kemungkinan ini adalah kode impor dari pengaruh skala yang lebih luas atau global, yaitu modus eksternal dari perkembangan dunia internasional juga. Karena bukan secara kebetulan dengan memilih hari dan tanggal tersebut (13 Mei) yang ternyata bertepatan dengan hari raya Yerusalem untuk memperingati kemenangan Israel merebut kembali kota bersejarah bangsa mereka dari tangan-tangan bangsa Arab.

Dengan ini, sepertinya adalah sisi lain untuk mengkumandangkan perlawanan ideologis komunitas radikal di Indonesia yang melampiaskan kekesalan mereka akan momentum tersebut dengan membombardir tempat ibadat salah satu dari 3 keyakinan berhubungan erat dengan sisi religius Yerusalem yang ditentangkan mereka, yaitu Gereja.

Sedangkan kota Surabaya sendiri mewakili sisi heroik mereka dalam memperjuangan gerilya aliran dan filosofi untuk mempertahankan dan menunjukkan keberadaan mereka seperti pada peristiwa 10 November 1945 di mana menjadi pertaruhan antara kubu fasis kolonial dengan nasionalis pribumi saling di adu domba untuk dunia menyaksikan kebenaran secara asumtif.

Secara radikal, agama kembali menjadi pengaruh untuk membawa bencana bagi perdamaian umat manusia. Hal ini sebagaimana yang sudah mulai berlangsung dalam sejarah Nusantara di antaranya sejak pertikaian Raja Kertajaya dari Kerajaan Kediri pada sekitar tahun 1222 Masehi bertentangan dengan kaum Brahmana diperparah lagi kemudian dengan semakin kuat pengaruh Islam di Jawa dengan menggunakan kesempatan dari keruntuhan Majapahit dengan Demak sebagai pelopor melakukan politik pengislaman dengan akhirnya menekan sisi kebebasan beragama dengan umat Hindu-Budha yang tersisa menyingkir hingga ke pedalaman dan pegunungan.

Sejarah kemudian kembali terulang pada zaman kerusuhan dan pemberontakan berbasis agama seperti DII/TII kembali mengancam persatuan ditambah lagi genosida pada terduga partisipan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang sudah dicap bi'dah dan mengadili mereka tanpa kebenaran yang  jelas. Kemudian pembatasan peribadatan selain umat mayoritas pada era orde baru yang kemudian oleh Gus Dur, peribadatan menurut kepercayaan dan keyakinan masing-masing antar umat antar beragama dikembalikan ke tempatnya dalam hak dan kewajiban.

Dan akhirnya sejak Alqaeda mengumandangkan perlawanan terhadap Sekutu, masyarakat radikal Indonesia kembali mendapat pengaruh mereka untuk ambil bagian dalam memerangi simbol-simbol Sekutu di Indonesia.

 Ironis dan miris tentunya, agama menjadi tameng para oknum matador untuk mengadu domba berbagai kepentingan mereka dengan mendalangi berbagai aliran dan pemikiran untuk saling berseteru. Jika memang sisi lain tersembunyi adalah untuk memperkarakan status Yerusalem dan Palestina, sudut pandang politik dan agama macam apakah yang terdoktrinasi pada mereka?

Jika menelisik kembali pada sejarah, Palestina sendiri bukan bangsa asli yang berasal dari Yerusalem. Dari silsilah keturunan umat manusia di dunia melalui Nuh dari 3 anaknya yaitu: Sem, Yafet, dan Ham. Bangsa Palestina berasal dari keturunan Ham yang merupakan anak bungsu Nuh. Dari persebaran keturunan Ham adalah kemudian suku dari Kaftorim yang berasal dari Kaftor (sekarang Pulau Creta di Yunani).

Mereka datang pada saat perabadan jazirah zaman Oriental kuno yang mengalami kemajuan oleh para keturunan Sem di pegunungan dan Yafet di pesisir yang kemudian dikenal sebagai bangsa Phoenicia yang mendiami sepanjang jazirah sungai Yordan dari Utara (di sini mereka berdampingan dengan bangsa Syria dan Babylon) yang kemudian hari berkembang menjadi perabadan Sumeria.

Kedatangan bangsa Kaftor ini  dari wilayah asal mereka yang nantinya merupakan cikal-bakal dari perabadan Ocidental karena tertarik pada kemajuan perabadan mereka yang berdagang selain ke pemukiman orang Kaftorim di pulau Kaftor itu hingga ke selat Gibraltar. Mereka pun akhirnya mendatangi langsung dengan kapal menyambangi Asdod, Askelon, dan Gaza yang menjadi basis pelabuhan perdagangan bangsa Phoenicia. Kemudian terjadilah sesuatu yang menumbuhkan rasa seperti saat VOC dan kapal dagang Eropa lainnya saat menyambangi Nusantara, ya... keinginan untuk menguasai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun