Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Again | Atlantis Genesis at Indonesian

2 Februari 2018   05:39 Diperbarui: 2 Februari 2018   05:43 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
frame.simplesite.com

Cloth kemudian segera memanggul barang bawaannya sembari mendekati Hadire dan Desire yang telah menanti di muka pintu depan rumah mereka.  

Angin berdesir di antara pepohonan yang menampilkan gesekan-gesekan dedaunan dan ranting yang memimbulkan bunyi-bunyi merdu yang mengasyikan telinga Cloth  dalam langkahnya yang mulai letih. Terik siang yang semakin mengucurkan peluhnya pun membuat ia ingin melepas penat. Cloth  kemudian menuju ke arah pepohonan di pinggir tanah lapang yang luas oleh hamparan rerumputan, Cloth baru saja melewati daerah tempat di mana ia menunjukan tempat baru untuk Hablur mengembangkan peternakan dan pertanian mereka di Padang. Hablur, anak yang begitu lugu dan polos... ia hanya mengikuti saja ajakan kakaknya walau harus menempuh perjalanan jauh tanpa kecurigaan. Tapi nyatanya Hablur begitu terkesima dengan tanah Padang yang luas ini. Hewan-hewan ternaknya pasti akan sangat menyukai tempat ini dan membawanya dari Nias bersama Cloth. Namun sungguh sial, Cloth mengajak pindah kemari justru untuk membunuh Hablur. Cloth  pun sempat melewati tumpukan batu yang pernah menjadi saksi bisu persembahan terakhir Hablur bersamanya sudah berserakan.

Tempat Hablur dikubur untuk menyembunyikan pembunuhannya pun masih ada, gundukan tanah dengan batu penanda di atasnya yang tidak jauh dari letak bebatuan mezbah tempat persembahan. Cloth sempat merenung sejenak di sini, di mana ia langsung kabur meninggalkan jasad dan hewan-hewan ternak Hablur yang sekarang entah ke mana. Karena ia berlari tunggang-langgang untuk bersembunyi di pinggir hutan sebelah Utara menuju Nias, hingga Hadire dan Desire yang akan menjenguk mereka ke Padang menemukannya di situ. Saat itu ia sedang bertapa meminta petunjuk Sang Pencipta, karena dirinya menjadi tidak tenang dan dipenuhi perasaan bersalah. Sebelumnya Cloth teringat pernah mendapati belantara yang semerbak harum baunya . Cloth berpikir mungkin ia bisa menyamarkan bau mayat Hablur dengan wewangian itu. Namun ia tidak ingat persisnya di mana letaknya.

Sembari mencari ke sana ke mari, Cloth tidak menyadari cerub penjaga Sang Pencipta yang  bernama Sam di daerah itu mengetahui perbuatan Cloth... dan ia marah. Ia kemudian meminta izin pada Sang Pencipta untuk menghukumnya. Maka ia pun meledakkan gunung terbesar di kawasan tersebut untuk membuat Cloth bertobat dan mengusirnya. Ledakan gunung yang meletus begitu hebatnya memekak telinga membuat Cloth menjadi tuli penuh luka-luka. Kemudian Cloth mencari tempat untuknya bertapa dalam keadaan tuli, dan mendapatinya di sebuah gua dekat padang rerumputan. Hingga siang dan malam berpuasa untuk terus bertapa pada batu pipih terletak agak tinggi dari tanah gua yang cukup untuknya bertumpu. Setelah lama ia mendapat petunjuk untuk mengikuti arus angin ke arah barat dari tempat itu. Cloth pun meninggalkan padang pertapaanya dan kemudian menamai tempat itu "Padangsidempuan", tempat ia bertumpu meminta petunjuk.

Dalam perjalanan Cloth bertemu dengan kedua orang tuanya yang penasaran dengan ledakan gunung berapi itu dan segera bergegas mencari Cloth dan Hablur. Hadire dan Desire sempat marah besar, hingga akhirnya menemani Cloth ke arah barat mencari wewangian untuk mayat Hablur. Mereka mendapatinya di suatu lembah yang sejuk, penuh angin semerbak wangi di antara suasana yang masih hangat oleh lontaran abu gunung yang diletuskan oleh Sam. Berbalik kembali perjalanan keluarga Taman Hidden ini menuju ke timur tempat tubuh Hablur disemayamkan. Cloth kemudian menamai tempat ia menemukan wewangian untuk mayat Hablur itu "Barus" di mana ia mengikuti arus angin ke Barat. Kuburan kembali digali dan membenahi mayat Hablur untuk ditatanya bebatuan di bawah tanah tempat mayat dibaringkan. Kemudian mereka melumuri mayat Hablur yang sudah membusuk dengan wewangian yang sudah dilunakkan serta menaburi wewangian yang sudah dipadatkan di sekeliling mayat. Dengan diiringi doa, mereka menutup kembali makam tersebut dan tertanda.

SE-BAB 2

 

"Slurupp...sluruupp..."

Tiba-tiba Cloth terjaga oleh kebasahan lengkeh yang terasa diwajahnya. Seketika ia terlompat kaget bebarengan mahkluk yang membangunkannya itu pun ikut kaget dan melesat berlarian menjauh sembari berteriak gusar.

"Domba sialan..."

Cloth mengusap wajahnya dengan dedaunan besar disekitar untuk membersihkan jilatan. Namun, seketika ia terperanjat seakan teringatkan sesuatu. Ia memandang keheranan domba itu yang mendekati kawanannya di kejauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun