"Oh... tidak, sekarang setelah kamu membunuh adikmu dan kamu akan meninggalkan kami...?!"
Tangisan Desire kembali pecah, dan Hadire mendekatinya untuk berusaha menghibur.
"Janganlah kamu menambah beban Cloth, dia sudah dihukum... dan dia akan menjalankan hukumannya itu. Dan kita pun harus semakin berlapang dada menerima ini semua..."
Sembari menghela nafas, Hadire memegang kedua bahu Desire  dengan kedua tangannya yang kekar.
"Sang Pencipta telah memutuskannya, sekarang apa yang telah menjadi ketetapan-Nya itu sebagai jalan yang terbaik bagi kita semua. Karena kita pun sudah melanggar Dia, dan ini konsekuensinya untuk kita..."
Nada suara Hadire berusaha setegar mungkin dari perasaannya yang kian berkecamuk atas kelalaian mereka menjaga diri mereka dalam larangan sang Pencipta. Desire terbata-bata memandangi suaminya itu dan mengangguk perlahan kemudian beralih memandang sendu Cloth.
"Semoga Sang Pencipta menyertai dan mengampunimu... tabahkanlah hatimu dan jangan ulangi perbuatan itu lagi."
Desire mendekap punggung tangan Cloth dengan kedua telapak tangannya yang meremas-remas lembut. Sementara Hadire pergi ke kamarnya mengambil sesuatu. Sementara Desire kembali memberi pesan-pesanya kepada Cloth untuk lebih sabar.
"Cloth, bawalah ini... sebagai tanda dariku."
Hadire menyerahkan suatu benda yang sepertinya berbentuk kalung dengan liontin yang terbuat dari tulang berguratkan ukiran indah. Bentuknya menyerupai mekaran bunga dengan lekukan ceruk yang cukup lebar di bagian tengahnya.
"Bungakah ini ayah, aku belum pernah melihatnya...?"