Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Again | Atlantis Genesis at Indonesian

2 Februari 2018   05:39 Diperbarui: 2 Februari 2018   05:43 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
frame.simplesite.com

Burung-burung Kuok inilah yang diceritakan  oleh Inan telah membantai para manusia di sekitar sungai Kapas ini karena mereka menjadi liar dan kehabisan makanan oleh gunung yang diletuskan Sang Cerub Penjaga, Sam. Mereka pun meninggalkan pemukiman mereka dan menamainya "Kuok" sesuai dengan teriakan burung-burung itu yang sangat keras.

"Kuok...kuok...kuok...!!!"

Burung-burung pemakan bangkai itu pun menukik melancar serangan menyerbu Cloth. Tongkat-tongkat segera dimainkan oleh kedua tangan Cloth menghalau sebisa mungkin sambil berlari kencang mencari tempat perlindungan. Ia berusaha untuk tidak membunuh ataupun melukai burung-burung itu. Nafasnya makin terengah-engah karena begitu banyaknya kawanan Kuok yang mengejarnya.

Semakin kewalahan Cloth meladeni amukan kawanan Kuok itu, disaat kepayahan karena belum menemukan tempat perlindungan...tiba-tiba ada sesuatu menyambari sekitarnya dikelilingi kawanan Kuok itu. Bayangan berwarna emas itu berkelebat-kelebat cepat menyerang kawanan Kuok yang menjadi semakin ribut. Kawanan Kuok itu pun menjadi terbang berpencar menjauhi bayangan emas itu dan serangan mereka pada Cloth pun menjadi terhenti. Cloth pun bersyukur akhirnya ia bisa selamat, akan tetapi bayangan emas itu juga menyambar dirinya.

"Sraartt...sreett...."

Walau berusaha menghalaunya dengan tongkat, Cloth tidak bisa menandingi kecepatan bayangan emas itu. Kening terasa perih sekali, dan darah pun semakin deras mengucur hingga akhirnya ia terjungkal lemas dan terguling-guling ke bantaran sungai Kapas.

"Srakk..krossakk...byuurrr..."

Kesadaran Cloth menghilang bersamaan air sungai Kapas menerima dirinya...

Perasaan hangat menjalar di antara dingin-dingin yang menggigilkan. Mata Cloth perlahan-lahan terbuka di antara kesadarannya mulai muncul, namun... nafasnya masih agak terasa sesak.

"Mmmphh...mmphh..."

Cloth meronta-ronta dari rasa tertindihnya, yang kemudian menjadi lega setelah kehangatan yang menindihnya itu berpindah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun