Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Again | Atlantis Genesis at Indonesian

2 Februari 2018   05:39 Diperbarui: 2 Februari 2018   05:43 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
frame.simplesite.com

Anak-anak Inan pun berhamburan mendekati Cloth setelah Minang menyalaminya.

"Wah...anak-anakmu bersemangat sekali. Mereka lucu-lucu..."

Cloth menjadi begitu terhibur keceriaan mereka. Karena ini pun pertama kalinya ia mendapati anak-anak setelah ia beranjak dewasa. Ia jadi sedikit teringat masa kecilnya...dan rupanya Minang adalah salah satu anak dari manusia-manusia pertama di bumi, selain Hadire dan Desire yang ditempatkan di Taman Hidden. Ayahnya meninggal sewaktu berburu Kabau pertama kalinya, hingga ia dan ibunya yang kemudian melanjutkan mencari bahan makanan hanya dengan meramu sembari mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Hingga akhirnya, rombongan Inan datang dan adik-adik Minang semakin besar untuk semuanya pun menjadi berubah...

"Ketika gunung itu meletus, berbagai bencana mulai menimpa kami, salah satunya adalah serangan para kawanan Kuok..."

Inan mulai menceritakan asal-usulnya hingga ia sampai di tempat Minang. Cloth bersama keluarga Inan serta Salido duduk membentuk lingkaran, dengan di tengahnya hamparan sajian makanan dan minuman yang diolah Minang dan ibunya. Baluran warna-warna merah pada makanan itu sedikit membuat Cloth resah, warna itu mengingatkan darah adiknya yang berceceran setelah ia bunuh. Minang dan Ibunya menamakan olahan makanan ini "Sambalado". Nama itu baru ada saat Minang dan Ibunya menyajikan kepada keluarga dan para penghuni yang kelaparan dan merasakan lidah mereka seperti tersambar api saat memakannya. Diracik dari tanaman Lado yang Salido temukan di hutan karena takjub melihat keunikan bentuknya yang kecil panjang mengkilap dan berwarna-warni (merah, hijau, dan jingga).

"Dari tempat kami, tidak begitu banyak gua-gua seperti di sini... sehingga kami tidak cukup tempat perlindungan menghindari bencana itu dan banyak yang mati. Ayah Salido pun menjadi salah satu korban yang berusaha menyelamatkan keluarganya dan menitipkannya padaku yang saat itu belum berkeluarga.Aku pun membawa beberapa rombongan yang bisa aku selamatkan bersama Salido dan mengungsi hingga kemari."

Inan berhenti sejenak seraya meneguk susu Kabau hangat sambil mempersilahkan Cloth untuk menikmati hidangan.

"Kami menemukan mereka yang tergeletak pingsan di jalanan setapak ke padang gembala itu. Gua-gua di sini agak sulit ditemukan, karena banyak tertutupi oleh rimbunan sulur-sulur dan semak belukar. Ayah dan Ibuku pun harus membabatnya untuk menjadikan gua ini sampai seperti sekarang ini. Kami mencoba membawa dan merawat mereka ke gua. Namun sayang, beberapa dari mereka ada yang tidak terselamatkan."

Cloth memanggut-manggut mendengarkan penuturan Minang. Tapi ia masih penasaran...

"Ehem... maaf kalau aku lancang menanyakan. Bagaimana akhirnya kamu bisa berkeluarga dengan Inan?"

Wajah Minang dan Inan pun seketika merona tersipu, mereka saling bergantian melirik pandang dan belum bisa langsung menjawabnya. Sementara  Ibu Minang dan anak-anak mereka tersenyum jenaka melihat Salido mulai menggoda,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun