Mohon tunggu...
Francois Khrisna
Francois Khrisna Mohon Tunggu... Ahli Gizi - sada

helo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi Digital Agent Travel adalah Kunci Bertahan di Era Digital

11 Juni 2022   15:46 Diperbarui: 11 Juni 2022   16:40 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ASITA merupakan kepanjangan dari Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies. Asosiasi ini didirikan pada 7 Januari 1971 dan awal pembentukannya bertujuan untuk menambah wisatawan asing secara inbound ke Indonesia pada saat pemerintahan orde baru. ASITA sendiri saat ini menjadi sebuah organisasi resmi pemerintah yang memiliki tugas sebagai wadah berkumpulnya bagi agent tour and travel di Indonesia. Hirarki ASITA juga terbilang sangatlah kompleks karena terdiri atas DPP (Dewan Perwakilan Pusat),  DPD (Dewan Perwakilan Daerah) dan susunan organisasi didalamnya yang terdiri dari ketua, wakil ketua bidang, sekretaris, bendahara dan berbagai macam divisi lainnya.

        Salah satu daerah yang memiliki DPD ASITA adalah Yogyakarta. Tidak dapat dipungkiri bahwa kota ini memiliki berbagai macam keindahan bukan hanya dari alam tetapi dari sejarah panjang yang menjadi saksi pembentukannya Indonesia juga pada saat itu. Kota ini bukan hanya digemari sebagai pilihan wisata bukan hanya wisatawan lokal tetapi juga mancanegara. Pertumbuhan yang besar ini membuat pemerintah Yogyakarta sedang gencar dalam penataan kota dan transportasi yang terintegrasi dan nyaman di wilayah Yogyakarta, contohnya adalah relokasi PKL di Malioboro pada awal 2022 dan peresmian bandara Yogyakarta International Airport di Bantul pada tahun 2021 lng alu.

        Respon dan gejolak positif yang terjadi saat ini membuat Yogyakarta direncanakan oleh pemerintah menjadi the next MICE (Meeting Incentive Convention and Exhibition) menggantikan pulau Dewata, Bali. Salah satu event dari MICE yang terjadi di Bali dan akan menjadi yang terbesar di tahun 2022 ini adalah G 20. Munculnya salah satu event besar ini membuka pandangan yang lebih luas dan membuat berbagai macam respon positif dari kalangan masyarakat karena melihat peluang besar yang akan terjadi dan tentunya akan mendatangkan banyak keuntungan. Salah satu sektor bisnis yang akan merasakan dampak baik ini  adalah agen tour and travel yang berada di Yogyakarta.

        Namun tentunya Ketika ada hal baik yang datang maka hal tersebut juga diikuti oleh berbagai macam hal yang kurang baik. Saat ini terdapat berbagai ancaman baru bagi kelangsungan bisnis agen tour and travel lokal di Yogyakarta, dimana ASITA yang menjadi wadah sudah melakukan observasi dan pengamatan terhadap resiko yang akan terjadi yaitu munculnya berbagai perusahaan agen tour dan travel berbentuk remote.

        Secara singkat sistem perusahaan remote ini adalah perusahaan ini dapat melakukan operasional penjualan tiket dan sejenisnya hanya dengan sedikit orang saja sebagai pengendali sistem. Hal ini membuat perusahaan tersebut dapat memotong biaya operasional secara signifikan karena tidak perlu menyewa tempat ataupun pekerja dengan jumlah yang banyak. Permasalahan ini juga semakin menjadi mengkhawatirkan karena akan memberikan potensi kerugian baik itu dari segi kepercayaan terhadap perusahaan legal maupun dari segi materi karena perusahaan agen tour dan travel lokal akan kehilangan calon pembeli dalam jumlah yang cukup besar.

        Inovasi dunia digital merupakan kunci dari permasalahan ini. ASITA Yogyakarta dapat memberikan pelatihan untuk mengembangkan strategi branding di dunia digital bagi para anggotanya. Brand communication penting untuk mengkomunikasikan mereknya kepada masyarakat untuk membangun kesadaran merek konsumennya. Dapat diketahui bahwa para konsumen melihat sesuatu tidak hanya melalui produk dan jasa yang ditawarkan melainkan merek yang telah diketahui. Komunikasi merek yang dikelola dengan baik akan mampu membedakan perusahaan dari para pesaing besarnya.

        Dalam teori Schultz (1999) yaitu komunikasi merek secara internal dan eksternal. Komunikasi merek internal dibangun melalui hubungan dengan supplier, karyawan dan tempat sedangkan komunikasi merek eksternal menggunakan media promosi seperti iklan dan promosi penjualan.

Para anggota ASITA Yogyakarta dapat menerapkan strategi komunikasi brand dalam bentuk internal antara lain memberikan karyawan seragam yang simple dan mudah diingat oleh konsumen, kantor penjualan tiket yang strategis, terang dan tentunya rapi untuk menambah kesan kepercayaan kepada konsumen. Sedangkan dalam bentuk eksternal, para anggota ASITA dapat diberikan pelatihan dalam mengelola sosial media seperti mengatur feeds Instagram, penyampaian story telling dengan baik pada setiap postingan di sosial media dan tentunya adalah mengembangkan bagaimana mencari audience di sosial media dengan tujuan mengembangkan Brand awareness. Selain itu untuk media iklan juga dapat menggunakan social media advertising untuk mencari pembeli pangsa pasar baru baik di luar kota maupun di luar negri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun