Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menimbang Pengaplikasian Mazhab Kenthirisme dalam Berteologi

12 Mei 2021   17:59 Diperbarui: 12 Mei 2021   18:09 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Dewiku.com

Apakah dengan hadirnya Kongregasi Doktrin tersebut Gereja ingin menetapkan sebuah metode tunggal dan absolut dalam berbicara tentang Allah? Kalau demikian, tidakkah paradigma atau metode yang ditawarkan oleh mazhab kenthirisme baik dan tepat adanya sebab membuka banyak kemungkinan metode dalam memahami Allah, Sang Kebenaran?

Dengan dibentuknya Kongregasi tersebut, Gereja sama sekali tidak membatasi ruang kreativitas para teolog dalam mendalami dan merefleksikan ajaran iman Katolik. Apalagi Gereja meyakini bahwa Roh Kudus memberikan rupa-rupa karunia kepada setiap umat beriman. Akan tetapi, setiap umat beriman, termasuk juga seorang teolog, selalu diingatkan bahwa rupa-rupa karunia tersebut semata-mata digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan Gereja.

Gereja memang berpendirian demikian. Namun, dalam sejarah petualangan intelektual memahami Allah, atau dalam bahasa St. Anselmus "iman yang mencari pengertian" (Fides quaerens intellectum), tercatat ada beberapa teolog yang beranggapan kalau hadirnya Kongregasi Doktrin tersebut justru menutup kemungkinan lahirnya metode-metode baru dalam berteologi.

***

Adalah beberapa teolog dari Asia dan Amerika Latin yang kerap bersuara lantang menentang pendirian Vatikan tersebut. Metode berteologi yang dikehendaki Vatikan, yang sedikit banyak dipengaruhi oleh pola pikir dan mentalitas Eropa, bagi mereka tidak sesuai bila diterapkan di Asia maupun Amerika Latin.

"Teologi dari bawah". Itulah model teologi yang diterapkan oleh sebagian besar teolog dari kedua benua tersebut. Sebuah teologi yang menjadikan pengalaman konkret umat manusia sebagai locus theologicus-nya (Teologi Kontekstual).

Yesus Kristus, dalam kaca mata teologi ini, tidak melulu dilihat sebagai Anak Allah Yang Mahatinggi, hanya duduk di atas singgasana-Nya menyaksikan pergulatan hidup anak manusia (Teologi dari atas).

Dia lebih dilihat dan dialami sebagai Allah yang menjadi manusia, yang datang untuk: "menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19).

Dalam konteks Asia sendiri, Federasi Konferensi-konferensi Para Waligereja Asia (FABC) menandaskan bahwa triple-dialog dengan tiga realitas utama kehidupan Asia merupakan perwujudan nyata dari misi perutusan Gereja di Asia, yakni dialog dengan tradisi keagamaan lain, budaya-budaya lokal dan kemiskinan.  

Berteologi dalam ketiga konteks realitas tersebut sudah bisa dipastikan akan menempuh jalan atau metode yang sama sekali lain. Memang seperti itulah adanya. Perjumpaan dengan pengalaman konkret umat manusia (ketidakadilan, kemiskinan, kerusakan lingkungan, pluralisme, dll) tidak menutup kemungkinan akan membuat seorang teolog membangun paradigma atau metode yang berbeda dengan apa yang dikehendaki oleh Vatikan.

Demikian pulalah yang terjadi dengan teolog-teolog Amerika Latin. Melihat realitas kemiskinan, ketidakadilan sosial yang merajalela, mereka mengembangkan apa yang dinamakan dengan Teologi Pembebasan (Theology of Liberation). Sebuah teologi yang berusaha mengkontekstualisasikan ajaran-ajaran dan nilai keagamaan pada masalah konkret di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun