Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menimbang Pengaplikasian Mazhab Kenthirisme dalam Berteologi

12 Mei 2021   17:59 Diperbarui: 12 Mei 2021   18:09 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Dewiku.com

"Kegelisahan itu merupakan awal dari filsafat". 

Begitulah seorang rekan filsuf asal Desa Pacar, Manggarai Barat pernah mengajarkan. Dia menjadi awal karena dengan merasa gelisah orang akan terus bertanya, bertanya dan bertanya untuk menemukan kebenaran. 

Diteguhkan oleh ajaran rekan filsuf tersebut, saya pun selalu menerima dan mensyukuri ketika kegelisahan datang bertandang. Karena jujur, setelah bergabung dalam Rumah Kebersamaan ini kerap kali saya merasa gelisah. Lebih tepatnya saya mengalami kegelisahan akal budi. Sebuah kondisi yang sesungguhnya ingin saya hindari agar bisa berkonsentrasi mengerjakan tugas akhir kuliah

Akal budi saya gelisah bukan karena akun saya sampai saat ini masih centang hijau. (Sudah sewajarnya tidak menggelisahkan karena saya sendiri jarang menulis). Bukan juga karena saya belum pernah merasakan bahagianya menerima K-Reward (Lagi-lagi bukan hal yang harus membuat gelisah karena memang saya tidak rutin menulis). 

Lantas, apa gerangan yang membuat akal budi saya gelisah? Mazhab kenthirisme. Saya gelisah karena setiap kali berusaha hendak memahami mazhab ini, akal budi saya selalu bermesra dengan kebuntuan. Apakah mungkin ini yang menyebabkan saya jarang menulis di K?...Hmmmmmmm

Prof. Felix, sebagai Suhu Kenthir, memang sudah menjabarkan dengan panjang lebar tentang Mazhab ini dalam sebuah artikel dengan judul: Mazhab Kenthirisme, Sebuah Pertanggungjawaban Terbuka (K 5/12/2020). Akan tetapi, nampaknya ciri, jiwa, semangat kenthir dari mazhab ini memang sudah ditakdirkan untuk mengacaubalaukan pikiran mereka yang hendak berusaha memahaminya.

Artikel tersebut sudah berulang kali saya baca. Kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf selalu saya baca dengan perlahan-lahan dan penuh konsentrasi.  Secangkir kopi pun selalu saya siapkan dengan harapan bisa membantu menerangi akal budi saya agar bisa memahaminya.

Meski tertatih-tatih memahaminya, berkat secangkir kopi yang setia menemani saya bisa sedikit menangkap apa yang menjadi jiwa dari mazhab ini dan bagaimana ia bekerja.

Berhasil memahami sebuah pandangan atau pemikiran, biarpun belum secara keseluruhan, biasanya mendatangkan kelegaan dalam diri. Tidak demikian kali ini yang saya alami. Mungkin karena ini sudah menjadi DNA dari kenthirisme: mengusik kemapanan dan rasa nyaman.

Kehadiran mazhab ini telah mengusik zona aman saya secara khusus dalam menjalankan aktivitas yang selama ini sudah dan sedang saya geluti. Yakni berteologi. Dalam keterusikkan itu, sering saya menimbang-nimbang dan bertanya apakah mungkin menerapkan paradigma atau metode kenthirisme dalam berteologi? Pertanyaan ini muncul karena metode yang diusung oleh mazhab ini menggoda sekaligus menantang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun