Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Upacara Adat Memasuki Rumah Baru dalam Suku Dayak Desa: Harta Paling Berharga adalah Keluarga

15 September 2020   20:13 Diperbarui: 24 September 2020   05:01 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prosesi pengelilingan rumah baru. (dokumentasi pribadi)

"Benteng paling kuat dalam menangkal segala godaan adalah pertolongan Tuhan YME. Banyak orang jatuh ke dalam jerat perselingkuhan karena telah lama melupakan Tuhan."

Begitulah petuah nan bijaksana yang disampaikan oleh Romo Bobby (Ruang Berbagi) dalam artikelnya 7 Cara Praktis Hindari Perselingkuhan dengan Rekan Kerja.

Seperti biasa, saya kembali akan menyibukkan diri dengan tema tentang adat dan budaya dalam suku Dayak Desa. Tema ini berkaitan erat dengan hidup berkeluarga. Romo Bobby sangat tepat mengatakan bahwa pertolongan Tuhan menjadi kekuatan bagi kita agar tidak jatuh ke dalam pencobaan.

Upacara adat yang akan saya suguhkan kali ini menampakkan dengan jelas ketulusan hati umat manusia untuk memohon berkat, penyertaan dan perlindungan Tuhan YME (Petara Yang Agung), para leluhur dan alam semesta dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Mereka menyadari akan ada banyak rintangan dan tantangan yang menghadang dalam membangun rumah tangga yang bahagia. Diadakannya upacara adat ini, selain sebagai bentuk peresmian secara adat atas sebuah rumah sehingga layak untuk didiami, juga hendak menanamkan di dalam hati sanubari pasangan suami-istri agar selalu setia dalam untung dan malang, dalam sehat dan sakit, dalam suka dan duka.

Seperti apa bentuk upacara adat memasuki rumah baru ini? Rangkaian upacara akan dimulai dengan proses mengelilingi rumah sebanyak tujuh (7) kali. Urut-urutan prosesinya ialah sebagai berikut:

  • Orang tua atau orang yang dituakan. Dia membawa mangkok berisi garam atau abu. Garam atau Abu tersebut akan ditaburkan selama prosesi berjalan. Tujuannya untuk menghalau segala yang jahat yang dapat merintangi kelancaran upacara.
  • Pembawa sedung, yang di dalamnya terdapat tempayan berisi beras (Sedung merupakan anyaman yang terbuat dari rotan. Biasa digunakan oleh warga untuk membawa segala perlengkapan masak memasak ketika pergi ke ladang).
  • Suami (kepala keluarga dari yang empunya rumah baru).
  • Istri.
  • Anak-anak.
  • Sanak keluarga yang lain (Optional)

Setelah proses mengelilingi rumah selesai, saatnya bagi anggota keluarga memasuki rumah baru mereka. Namun, sebelum mereka masuk ke dalam rumah masih ada serangkaian upacara adat yang akan dilakukan. Di depan pintu sudah disediakan seekor hewan kurban (babi) dan sebuah talam yang di atasnya terdapat batu asah, telur ayam dan beras.

Upacara adat yang berlangsung di depan pintu ini ialah pembasuhan kaki semua anggota keluarga yang akan menempati rumah baru tersebut. Upacara ini akan dipimpin oleh salah seorang tetua adat.

Pembasuhan kaki dimulai suami, lalu istri dan terakhir anak-anak. Mereka semua harus menginjakkan kakinya di atas batu asah sambil dibasuh oleh pemimpin upacara.

Namun terkhusus untuk sang suami, pembasuhan kaki akan disertai dengan pembacaan mantra. Sedangkan sang istri, dia mempunyai tugas untuk menginjak telur ayam sampai pecah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun