Mohon tunggu...
Fransiskus Nong Budi
Fransiskus Nong Budi Mohon Tunggu... Penulis - Franceisco Nonk

Fransiskus Nong Budi (FNB) berasal dari Koting, Maumere, Flores, NTT. Nong merupakan anggota Kongregasi Pasionis (CP). Menyelesaikan filsafat-teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana Malang pada medio 2017 dan teologinya di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Pastor Bonus Pontianak pada pertengahan 2020. Karya literasinya berjudul "ADA-ti-ADA: Sebuah Pengelanaan Fenomenologis bersama Heidegger" (Leutikaprio: Yogyakarta, 2018). Perhatiannya atas Fenomenologi membawanya pada karya Mari Menjadi Aslimu Aslama yang Wazan Fa’lan dan Wazan Fa’il: Sebuah Sapaan dalam Keseharian Kita tentang Terorisme dan Radikalisme (Ellunar, 2019). Bersama Komunitas Menulis Sahabat Bintang ia terlibat dalam penulisan Sepucuk Cerita Bantu Donggala: Kumpulan Cerpen dan Puisi (Bintang Pelangi, 2018). Bersama Komunitas Menulis Sastra Segar ia ikut ambil bagian dalam penulisan Harapan (Anlitera, 2019). Ia berkontribusi pula bagi Derit Pamit (Mandala, 2019) dan His Friends (Lingkar Pena Media, 2019). Sejumlah karya tulis telah dipublikasikan di aneka jurnal ilmiah. Karya filosofis terkininya ialah “Temporalitas dan Keseharian: Perspektif Skedios Heidegger” (Jejak Publisher, 2019). Sementara karya Metapoeitikanya terkini ialah “Kata Yang Tinggal” (Guepedia Publisher, 2019). “Setelah 75?” (Guepedia Publisher, 2019) merupakan karyanya pula. Nonk kini menggagas Metapoeitika sebagai sebuah Skedios (sketsa) dalam alam literasi Poeitika. Salah satu perwujudan Metapoetika ialah "Dimensi Karsa Kehidupan" (2021).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tubuh yang Dihargakan

12 Januari 2019   07:47 Diperbarui: 12 Januari 2019   08:02 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : 500px.com/ayanvillafuerte

Tubuh

Raga

Itu Indah

Penuh pesona

Salah satu dari yang terindah

Saat tubuh

Saat hanya tubuh saja

Tak ada yang lain

Tubuh itu

Dari apa

Dari benih

Tapi sesudahnya

Jadi tanah

Tubuh dan Tanah

Mereka dekat

Akrab

Karib

Sahabat mereka itu

Namanya Jiwa

Ya, Jiwa

Lihat

Tubuh, Tanah, Jiwa

Mereka bertiga bersahabat

Punya siapakah tubuh

Tubuhku, milikku

Tubuhmu, punyamu

Aku sangsi tentang ini

Tak sepenuhnya begitu

Kamu pemilik setitik tubuhmu

Seperti sebutir pasir di Sahara

Juga aku

Kita maksudku

Kamu tak kuasa

Atas jadinya

Juga atas tuntasnya

Di antaranya kamu jadi

Di antaranya kamu menjadi

Kamu lahir

Menangis

Merangkak, berjalan, berlari

tidur, berbaring, terlelap

Lalu selesai

Tubuh itu

Bukan raga robotis

Bukan mesin otomatis

Bukan komputer cerdas

Ia punya sahabat

Namanya Jiwa

Bersama mereka menjadi

Bersama mereka ada

Bersama mereka hidup

Dekat dengan Tanah

Sahabat mereka

Tanah bagi mereka

Seperti tempat bermain

Seperti ranjang bagi yang berbaring

Itu rumah bermain mereka

Aduh

Tubuh

Tentangnya

Tak cukup kata

Untuk katakan

Tentangnya

Ia jelas dan tak tampak

Ia bersembunyi

Dalam kegelapan malam

Tanpa bulan dan bintang

Di situ ia duduk

Menantimu

Yang mencarinya

Kamu kira

Sudah ketemu

Sudah jumpa dia

Berhati-hatilah

Terlalu gelap bagimu

Sangat pekat untuk melangkah

Untuk menyentuh

Kamu hanya punya lilin

Lilin Jiwa

Yang menuntunmu

Pada raga

Pada Tubuh

Yang ada di sana

Aku lebih suka menulisnya begini

Adadisana

Ya, begitu

Maaf aku keliru

Seharusnya begini

AdatiAda

Mudah-mudahan tidak keliru

Kalau keliru lagi

Berarti saya manusia

Sepertimu

Masih sepertimu

Kita pergi ke Tubuh lagi

Tubuh

Oh tubuh

Kamu membangunkanku

Bukan aku

Bukan aku yang dibangunkan

Tapi mauku

Kehendakku

Gairahku

Hasratku

Deritaku

Cintaku

Ya, aku

Kamu membangunkanku

Wahai tubuh

Indahmu

Lekukanmu

Dalam remang

Menambah pesonamu

Menyiksa gairahku

Tubuh

Kamu sudah seperti 

Apa yang dapat kukunyah

Kutelan

Kubuang di jamban

Kamu kutukar dengan gemerincing

Kepingan koin

Nyaring kertas baru

Hingga yang kukirim

Di alamat tabungan

Tubuh

Milik siapa

Pria-Wanita 

Wanita-Pria

Sama saja

Sekarang kabur

Sudah mudah didapat

Dengan penukar

Untuk apa

Dengan tubuh

Kenyang

Tidak

Tubuh tak untuk itu

Ia dari asalnya bukan untuk itu

Ia tak dapa kenyang

Saya harap ini tidak keliru

Indahnya tubuh 

Memberi isyarat 

Tatanan tubuh

Ordinasi tubuh

Keteraturan tubuh

Sakit di tanganmu

Luka di kakimu

Membuat kamu tak nyaman

Ya, kamu, seluruh tubuhmu tak nyaman

Itu karena tubuh adalah kamu

Tubuh itu Diri

Menukar tubuh

Menukar Diri

Yang benar

Tak tertukarkan

Tiada duanya

Hidup itu bukan untuk tubuh

Bukan untuk makan

Tapi untuk Tanah

Dan untuk sahabatnya

Namanya Jiwa

Tubuh memang perlu makan

Perlu nutrisi untuk Tanah

Jiwa perlu apa untuk Tanah

Jiwa tak perlu apa-apa

Ia bukan untuk Tanah

Ia memang untuk Tubuh

Ia ada untuk

Untuk yang saya sebut

Dengan dua cara

Entah keliru

Entah betul

Untuk

Adadisana

AdatiAda

Saya harap begitu

Kalau pun tidak

Saya hanya berharap

Apa pun modelnya

Apa pun namanya

Saya hanya berharap

Haya itu yang saya dapat

Semoga begitu

Tubuh

Terlalu sempurna

Sempurna dalam keterbatasan

Sempurna dalam kesederhanaan

Kesederhanaan yang anggun memesona

Sederhana yang indah

Hingga habis kata

Untuknya

Tapi bukan bermain dengan kata

Seperti orang sekarang

Suka bermain kata

Hingga mempermainkan kata

Tubuh itu luhur

Pantas dirawat

Tapi bukan dirawat untuk dirinya sendiri

Tubuh itu patut dijaga karena luhur

Lulurlah tubuh untuk keluhurannya

Tubuh itu hanya dipersembahkan

Sekali untuk selamanya

Kepada yang empunya

Si pemilik

Siapa

Kamu dan dia

Yang kamu temui

Tak di jalan

Apalagi di jalanan

Dia yang kamu temui di sana

Seperti di malam gelap

Tanpa bulan dan bintang

Juga di siang

Di bawah matahari

Yang bersamamu

Mau mengikat hati

Mau menyatukan hati

Untuk menjaga Tubuh

Tubuh untuk Tanah

Jiwa untuk Tubuh

Hanya itu

Dengan begitu

Tubuh dijaga

Sampai kesudahannya

Sampai ke Tanah

Dalam ketanahannya

Tubuh dibuktikan 

Kekuatan janji

Janji kalian

Kamu dan dia yang kamu dapati 

dalam glap tanpa cahaya dan siang bolong

Sekali saja

Tak berkali-kali

Ini gampang

Juga sulit

Indah

Juga derita

Kedua-duanya

Jatuh-bangun

Suka-duka

Gembira-sedih

Gampang-rumit

Melimpah-merana

Terpelihara-terlantar

Di dalam semuanyalah

Tubuh dijaga

Bukan sendiri

Tapi bersama

Dan masing-masing

Secara unik

Khas manusia

Itu

Tubuh

Perkara apa

Diri

Jadi sempurna

Sampai tuntas

Bukan tuntas di Tanah

Keliru

Tuntas di Tanah untuk 

Untuk

Ingat

Adadisana

AdatiAda

Karena sahabat terbaik mereka

Demi yang bernama Jiwa

Itu hanya nama samaran

Nama aslinya

Ialah

Animus

Anima

Ya, Animus Anima

Itu nama aslinya

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun