Mohon tunggu...
Fransiskus Nong Budi
Fransiskus Nong Budi Mohon Tunggu... Penulis - Franceisco Nonk

Fransiskus Nong Budi (FNB) berasal dari Koting, Maumere, Flores, NTT. Nong merupakan anggota Kongregasi Pasionis (CP). Menyelesaikan filsafat-teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana Malang pada medio 2017 dan teologinya di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Pastor Bonus Pontianak pada pertengahan 2020. Karya literasinya berjudul "ADA-ti-ADA: Sebuah Pengelanaan Fenomenologis bersama Heidegger" (Leutikaprio: Yogyakarta, 2018). Perhatiannya atas Fenomenologi membawanya pada karya Mari Menjadi Aslimu Aslama yang Wazan Fa’lan dan Wazan Fa’il: Sebuah Sapaan dalam Keseharian Kita tentang Terorisme dan Radikalisme (Ellunar, 2019). Bersama Komunitas Menulis Sahabat Bintang ia terlibat dalam penulisan Sepucuk Cerita Bantu Donggala: Kumpulan Cerpen dan Puisi (Bintang Pelangi, 2018). Bersama Komunitas Menulis Sastra Segar ia ikut ambil bagian dalam penulisan Harapan (Anlitera, 2019). Ia berkontribusi pula bagi Derit Pamit (Mandala, 2019) dan His Friends (Lingkar Pena Media, 2019). Sejumlah karya tulis telah dipublikasikan di aneka jurnal ilmiah. Karya filosofis terkininya ialah “Temporalitas dan Keseharian: Perspektif Skedios Heidegger” (Jejak Publisher, 2019). Sementara karya Metapoeitikanya terkini ialah “Kata Yang Tinggal” (Guepedia Publisher, 2019). “Setelah 75?” (Guepedia Publisher, 2019) merupakan karyanya pula. Nonk kini menggagas Metapoeitika sebagai sebuah Skedios (sketsa) dalam alam literasi Poeitika. Salah satu perwujudan Metapoetika ialah "Dimensi Karsa Kehidupan" (2021).

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Gramatika "Sara Sikka" (Bahasa Sikka) Bagian I

7 November 2018   14:15 Diperbarui: 7 November 2018   14:17 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.travelandleisure.com

Sara Sikka (Bahasa Sikka) merupakan salah satu bahasa derah yang dipakai di daerah Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain Bahasa Sikka, di sana digunakan juga Bahasa Lio dan Bahasa Palue. Bahasa Sikka disebut juga Bahasa Krowe. Masing-masing bahasa itu dipakai seturut persebaran suku. 

Orang Sikka, entah Alok atau Krowe, memakai Bahasa Sikka. Orang Lio (Lio di Kabupaten Sikka, seperti daerah Paga, Maulo'o, Nangablo) memakai Bahasa Lio, yang sedikit banyak bertalian dengan Bahasa Lio di Kabupaten Ende. Sementara itu, Bahasa Palue (atau disebut Bahasa Muhan/Muhang) dipakai di daerah Palue dan Pulau Besar serta pulau-pulau sekitar di bagian Selatan Perairan Maumere. 

Bahasa Sikka menempati posisi teratas dalam penggunaannya. Penuturan atau dialeg dari para penutur berbeda satu dengan yang lain  sejauh suku atau kampungnya berbeda. Meskipun demikian, umumnya dapat dipahami oleh para penutur. Dialeg menjadi identitas penutur. Orang dengan mudah ditebak asalnya dari logatnya.

Gramatika Bahasa Sikka secara sederhana dapat dipahami secara demikian. Kata Kerja (Verba) berubah bentuknya seturut subjeknya. Jadi, subjek dalam kalimat menentukan bentuk Kata Kerjanya. Sebagai contoh, kata "makan" tak bisa diterjemahlan begitu saja. Kata yang sama berubah bentuk sesuai subjeknya. Saya makan ('Au o'a). Kata makan pada subjek saya ialah o'a. Kamu/Anda makan (Au go'a). 

Di sini kata kerja makan berubah menjadi go'a. Kita makan (ita e'a). Di sini kata kerja makan berubah menjadi e'a.  Kami makan (Ami ge'a) sama dengan Kalian makan (Mi'u ge'a). Di sini kata kerjanya berubah menjadi ge'a. Mereka makan (Rimu a). Di sini sekali lagi kata kerjanya berubah menjadi a. 

Dari contoh tersebut kita menemukan sejumlah kata kerja untuk kata "makan". Makan dapat berarti o'a, go'a, ge'a, e'a, dan a. Hanya subjek kami dan kalian yang bentuk kata kerjanya tidak berubah, yakni ge'a.

Misal pada kata "minum" perubahannya ialah: saya (inu), kamu/anda - kami - kalian (minu), kita (tinu), mereka (rinu). 

Begitu seterusnya untuk setiap kata kerja. Namun untuk kata kerja tertentu, perubahannya tidak terlalu banyak. Semisal "tidur". Untuk subjek saya, kalian, mereka, kita, bentuknya sama yakni tue. Untuk subjek kamu/anda dan kalian bentuknya serupa yakni due.

Untuk kata kerja tertentu, tak ada perubahan dalam semua subjeknya, misal "bangun" (bangun dari tidur) hogor.

Demikianlah uraian singkat ketatabahasaan Bahasa Sikka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun