Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Mendengarkan dengan "Telinga" Hati!

12 Mei 2022   22:34 Diperbarui: 12 Mei 2022   22:37 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sepasang telinga hati. Gambar diambil dari thewriters.id

Mendengarkan merupakan satu kegiatan pasif-aktif kompleks yang menuntut diri manusia yang total. Agar, (hal baik dan benar) apa saja yang didengar sungguh meresap dalam hati manusia dan dipertanggungjawabkan dalam hidup sehari-hari.

Setiap orang tentunya memiliki kebutuhan dasar untuk didengarkan. Dan, adalah menjadi hak manusia untuk mendengarkan sesamanya. Sebab, pada waktunya seseorang akan mendengarkan dan didengarkan oleh orang lain.

Pernah muncul perdebatan yang cukup alot terkait ungkapan: "Mendengar sungguh berbeda dengan mendengarkan!". Ada kelompok yang tidak setuju dan menilai bahwa kedua kegiatan tersebut sama saja.

Namun, ada kelompok yang tidak setuju. Mendengar memang berbeda dari mendengarkan. Saat "mendengar", seseorang - yang memasang kedua daun telinga dan sistem pendengaran - belum sampai pada memahami konteks dan teks untaian bahasa yang didengar. Dalam bahasa pasar dikatakan, "masuk telinga kanan, keluar telinga kiri!".

Sementara, dalam "mendengarkan", seseorang melakukan tindakan memberi diri yang total - bukan hanya daun telinga - untuk mencermati, menganalisa, dan meresap inti sari dari suatu bahasa komunikasi. Dalam "mendengarkan" termuat dua aksi paradoks; pasif sekaligus aktif.

Dimaksud aksi pasif karena, yang mendengarkan membiarkan orang lain untuk menyampaikan apa yang harus didengar. Maka, dibutuhkan sikap tenang, bijak, dan terbuka.

Ke-pasif-an terjadi karena tidak ada reaksi menolak terhadap informan atau teman komunikasi. Dirinya memberi kesempatan dan ruang bagi sesama untuk "mewahyukan" isi hatinya.

Sementara itu, dikatakan aksi aktif karena si pendengar sungguh menghadirkan dirinya yang utuh untuk teman komunikasi. Karena utuh, anggota tubuh sungguh-sungguh stand by. Tujuannya, agar yang mendengar dapat memahami alur bahasa temannya dan menemukan inti sarinya.

Sehingga, si pendengar dapat dengan cerdas dan cermat menyampaikan nilai yang baik dan benar untuk diperjuangkan, menaruh empati, dan turut menyerap pelajaran dari orang lain untuk hidupnya sendiri.

Maka, dalam satu kegiatan "mendengarkan", tercipta jalinan kerja anggota tubuh dengan pikiran, rasa, dan kecerdasan emosional. Semakin mantap, bila orang yang mendengarkan mampu sampai pada nilai-nilai spiritual dan rohaniah.

Perhatian Paus Fransiskus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun