Mohon tunggu...
Fradj Ledjab
Fradj Ledjab Mohon Tunggu... Guru - Peziarah

Coretan Dinding Sang Peziarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

John Batafor, "Spartan" Lautan Lembata

9 Juni 2021   15:29 Diperbarui: 9 Juni 2021   15:35 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
John Batafor, Putra Lautan (foto:john sj batafor.facebook.com)

Ketika hendak menulis ini saya ingat dan terinspirasi oleh sebuah bait lagu ciptaan Bang Ivan Nestorman, seorang musisi kawakan dari Manggarai, NTT yang berjudul LAMALERA, PUTRA LAUTAN. Bait lagu itu seperti begini: 

Lihatlah putra lautan di Lamalera Lembata// Bercanda di pucuk gelombang meliuk menari-nari// Ooo... Ooo.... //Lautan luas dan biru jadi syair kehidupan// Langit biru Lamalera selalu menjadi saksi// Ooo...di Lamalera orang berdansa dengan lautan //Ooo..di Lamalera orang bercanda dengan lautan.

Walaupun sebagai orang Manggarai, bang Ivan tentu paham dan mengenal betul orang Lamalera bersama balutan budayanya. Maka pada paham yang sama saya sepakat dengan itu bahwa laut merupakan personifikasi diri orang Lamalera. Bagi orang Lamalera di Lembata, laut adalah ibu, Ina Lefa yang melahirkan dan yang menyediakan air susu kehidupan. Laut adalah ayah yang mengajari mengayuh Peledang (perahu khas orang Lamalera) dan berdansa di punggung paus. Laut adalah sahabat yang selalu setia menggandeng tangan di sepanjang jalan kehidupan. Di Lamalera, laut adalah surga kehidupan tempat bersemainya cinta pertama dan terakhir.

Saya juga ingat sebuah film dengan genre aksi fantasi sejarah berjudul Tiga Ratus yang mengisahkan tentang Pertempuran Thermophylae dalam perang Persia. Leonidas, Raja Sparta memimpin pasukannya yang berjumlah 300 Spartan (sebutan untuk orang Sparta) berhadapan dengan Raja Xerxes dengan pasukannya yang berjumlah Tiga Ratus Ribu tentara. Leonidas bersama 300 Spartan gagah berani tak gentar menghadapi 300.000 lawan. Hitung-hitungannya, satu banding seribu; Satu Spartan sebanding dengan seribu tentara. Belum ada pasukan elite negara manapun yang punya kekuatan personil demikian. Sebagai perbandingan saja, Denjaka misalnya sebuah pasukan paling elit dalam tubuh TNI yang memiliki perbandingan satu Denjaka sebanding 150 tentara. Maka kita bisa bayangkan betapa kuatnya para Spartan. Orang Yunani bangga dan berkata " jika mau lihat orang pintar, datanglah ke Athena. Jika mau lihat orang kuat, datanglah ke Sparta. Berbahagialah perempuan yang melahirkan laki-laki kuat, Spartan". 

Di Lamalera, negeri 1001 paus lahirlah seorang putra yang tumbuh dan besar pada pucuk gelombang. Dia adalah Sang Putra Lautan, Si Lamafa,  John SJ Batafor. Sebagai Putra Lautan, John dan laut tak terpisahkan. Maka tidak berlebihan jika boleh dikata; melihat John sama dengan melihat laut. Sebaliknya, melihat laut sama dengan melihat John. John memang tinggal di darat tapi barangkali hanya raganya karena hati dan jiwanya tinggal bersama laut. Pembaca mungkin mengira ini hanyalah sebuah gaya menulis yang hiperbolik, bisa saja demikian. Oleh karena itu untuk memperkuat argumen di atas, berikut kami tampilkan isi hati, 'surat cinta' untuk laut dari John dalam catatan (status) facebooknya.

John SJ Batafor (foto:john sj batafor.facebook.com)
John SJ Batafor (foto:john sj batafor.facebook.com)
Duduk sambil berpikir untuk rencana merawat alam bawah laut di teluk Lewoleba kabupaten Lembata yang telah sekian lama kering kerontang. Melihat hal itu, saya telah berpikir untuk melakukan beberapa langkah awal yakni :1. Siapkan 2 Pekerja pada tahap pertama yang akan digaji setiap bulan dan bertugas setiap hari memungut sampah plastik di laut dan secara rutin merawat Trumbu karang yang telah kami tanam serta bertugas memperbanyak trumbu karang dengan transplatasi dan semoga metode Biorock pun dapat segera terealisasi.2. Harus segera memiliki Perahu mini yang dikhususkan sebagai sarana untuk pemeliharaan trumbu dan bersihkan laut.
3. Membangun rumah mini/pos pemerhati trumbu karang di tepi pantai yang akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang.
Untuk sementara hanya itu, jika ada saran silahkan dan sangat banyak berharap Doa serta dukungan agar semoga lancar demi kita bersama dan generasi kedepan.

Malam bae,
salam Taman Daun #Gemohing

Kiranya semakin jelas adanya bahwa bagi John, laut adalah ayah, ibu, rumah, dan sahabat serta cinta pertama dan terakhirnya. John beserta eksistensinya difokuskan semuanya untuk laut, si'istri'pusakanya.  

Sejalan dengan Leonidas pemimpin para Spartan, Yunani itu kita boleh berkata; Lamalera adalah rumahnya orang pintar dan gudang amunisinya para lelaki kuat. Minyak paus memberi bukti dengan melahirkan para pemikir hebat, orang-orang pintar yang kini tersebar di mana-mana. Mamalia laut sebesar tujuh kali tank perang anti peluru dapat dijinakkan, pun pakai cara tradisional menjadi fakta betapa kuat dan perkasanya laki-laki Lamalera. Maka kalau mau lihat orang pintar temuilah orang Lamalera, kalau mau lihat orang kuat, datanglah ke Lamalera....dan John adalah representasinya. 

Jika dalam film tiga ratus Spartan menghadapi tiga ratus ribu lawan/musuh, maka John kepala 'Spartan' (baca : Taman Daun) lebih dari itu. Para 'Spartan' pimpinan John menghadapi musuh jauh lebih besar bahkan musuh yang tak kelihatan. Mereka harus menghadapi musuh ketidakpedulian manusia yang mengotori laut dengan membuang sampah. Mereka harus berperang melawan musuh kebijakan yang hanya akan merusak terumbu karang. Mereka harus menghadang musuh yang menangkap ikan dengan cara-cara kotor. Mereka harus melawan para elite yang tidak berpihak kepada laut. 

John dan pasukannnya tidak punya baju, celana, beras yang dapat diberikan kepada para pengungsi Ile Lewotolok dan penyitas Badai Seroja. Ia hanya punya laut dan di laut itu ia meminta rejeki dan laut memberikannya untuk dibagikan kepada mereka yang berkesusahan. John tidak bisa menyangkal sebuah dalil kebaikan yang mengatakan, ketika anda memberi anda akan menerima. Kebaikan yang anda buat kepada orang lain termasuk alam (laut) maka anda akan menerima kebaikan pula. Pengorbanan mendatangkan pahala. John mengorbankan waktu dan tenaganya tanpa diketahui tangan kirinya, tanpa pamrih.

Ketika para elite membuat manuver bermasalah tentang laut di daratan yang sudah jadi konsumsi publik, Awulolong misalnya, John dan pasukannya memilih menari dan bercanda ria bersama laut di dasarnya dengan menanam terumbu karang. Terumbu-terumbu itu kini mulai tumbuh mekar bersemi menghiasi surga bawah laut dan pada ranting-ranting terumbu itu laut menitip salam kebenaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun