Mohon tunggu...
Fradj Ledjab
Fradj Ledjab Mohon Tunggu... Guru - Peziarah

Coretan Dinding Sang Peziarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunikasi: Perjumpaan yang Membebaskan

16 Mei 2021   09:32 Diperbarui: 16 Mei 2021   09:45 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yesus dan wanita Samaria di Sumur Yakub (foto:pojokbiblika.blogspot.com)


Memperingati Hari Komunikasi Sedunia ke 55, tanggal 16 Mei 2021 Bapa Suci Paus Fransiskus berpesan dan mengajak kita semua: Datang dan Lihatlah! Berkomunikasi dan menjumpai orang lain apa adanya. Perjumpaan Yesus dengan wanita Samaria di Sumur Yakub (Yoh 4:4-26) sangat memberi inspirasi dalam memaknai peringatan Hari Komunikasi Sedunia tahun ini. 

Kitab-kitab Injil memberikan gambaran yang kaya akan nilai-nilai penghargaan terhadap manusia. Manusia begitu berharganya sehingga dalam perjumpaan dengan Yesus, manusia mengalami kepenuhan dan keutuhan. Berbagai peristiwa dan pengajaran Yesus sangat menekankan aspek kemanusian dan pemanusiaan seutuhnya tak terkecuali perjumpaan dan hubungan yang dibangun antara Yesus dengan kaum perempuan. Hal ini menjadi salah satu indikator dalam menilai penghargaan Yesus terhadap manusia yang mengalami hidup dalam dunia Yahudi yang sama sekali tidak memberi apresiasi terhadap kaum perempuan. Percakapan yang terjadi antara Yesus dan Wanita Samaria memperlihatkan bagaimana tindakan Yesus berlawanan dengan budaya-Nya pada waktu itu yang tentu menantang dan memberi dampak besar terhadap pergumulan masyarakat Yahudi dan Kekristenan mula-mula dari perspektif sosial historis budaya.

Melalui perspektif konteks sosial budaya masyarakat pada waktu itu, kiranya terdapat tiga masalah utama (dapat dikatakan begitu) yang dianggap dosa perempuan Samaria yang berjumpa dengan Yesus di Sumur Yakub, antara lain: Pertama, Berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Yesus berjumpa dengan perempuan pada tengah hari. Ini bukanlah waktu yang biasa dipakai untuk menimba air di sumur. Memang, perempuan biasa mengambil air ke sumur tetapi waktunya pada pagi atau sore hari, bukan pada tengah hari (sekitar jam 12). Waktu tengah hari secara kultural dianggap waktu yang tidak tepat bagi kaum perempuan berada di sumur karena sumur tersebut berada jauh di luar rumah bahkan di luar desa. Lagipula, menurut kebisaan, perempuan biasanya pergi ke sumur secara rombongan demi keselamatan mereka. Perempuan Samaria yang berada di sumur pada waktu yang tidak tepat dan seorang sendiri, menandakan bahwa ia sebenarnya dianggap menyimpang oleh masyarakat. Ini juga memperlihatkan bahwa si perempuan telah diisolasi oleh kaum perempuan lain di desanya, barangkali karena kehidupannya yang menyalahi tradisi dan aturan moral masyarakat, itulah sebabnya ia hanya sendiri sementara perempuan yang lain sedang melakukan kewajibannya di rumah. 

Kedua, Berbicara dengan sorang asing di wilayah publik. Pertemuan ini lebih dari sekedar pertemuan dua etnis yang berbeda. Hal ini terlihat dari reaksi keras para murid saat mereka menemukan Yesus bersama dengan si perempuan. Mereka agak terkejut karena Yesus hanya berdua dengan perempuan di wilayah publik. Salah satu hal yang dipercakapkan walaupun bukan inti dari percakapan itu adalah tentang kehidupan seksual perempuan itu. Ketika Yesus memintanya untuk memanggil suamainya, si perempuan meresponnya dengan mengatakan bahwa ia tidak mempunyai suami walau pada kenyataannya ia sudah memiliki ima orang suami sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa perempuan ini bukanlah seorang gadis tetapi seorang janda dan laki-laki yang saat ini bersama dengan dia bukanlah suaminya. Karena si laki-laki bukan suaminya, maka ia tidak wajib untuk melindungi si perempuan sehingga sesungguhnya ia tidak mempunyai siapa-siapa yang akan memberikan martabat kepadanya. Walaupun mungkin ia adalah janda dari lima orang suami terdahulu, relasinya yang saat ini tidak terikat perkawinaan bisa dikatakan sebagai perzinahan atau kumpul kebo. Dalam banyak hal, ia sama sekali tidak mempunyai reputasi apapun dalam masyarakat yang hidup dalam dunia yang membagi wilayah hidup berdasarkan gender. Lebih buruk lagi, si perempuan sedang terlibat percakapan dengan laki-laki yang tidak ada hubungan keluarga dengannya, di area publik dan dalam waktu yang tidak tepat. Dalam percakapan ini, keadaannya juga dibuka oleh Yesus dengan menunjuk pada penyimpangan seksual yang dilakukannya. 

Ketiga, Berbicara dengan laki-laki (asing) lain dalam area public. Walaupun Yesus memintanya untuk memanggil suaminya, tetapi si perempuan justru pergi ke tempat berkumpulnya banyak laki-laki. Perempuan tersebut tidak kembali ke rumahnya sebagai wilayah privatnya tetapi ke wilayah public yang ramai dan mengumumkan kepada setiap orang di situ tentang pengalaman perjumpaannya dengan Yesus, orang asing itu. Perempuan yang dianggap berkelakuan menyimpang dari budayanya ternyata memberikan respon tindakan yang berbeda sesaat setelah ia mengalami perjumpaan dengan Yesus. 

Bila dihubungkan dengan pembagian gender yang terjadi antara laki-laki dan perempuan, maka kisah ini memperlihatkan bagaimana si wanita Samaria benar-benar telah keluar dari stereotip perempuan ideal yang diwajibkan dalam masyarakat. Kisah ini sebenarnya ditujukan kepada laki-laki Yahudi yang selama ini selalu bungkam terhadap tindakan ketidakadilan yang mereka lakukan terhadap perempuan atas nama budaya. Si wanita Samaria menyingkap batasan yang ada dan menjadi ikon pembebasan bagi kaum perempuan yang tertindas, terbelenggu, dan terluka saat itu.

Yesus tidak terjebak oleh 'kata orang'tentang perempuan itu tetapi Ia sendiri pergi dan menjumpai serta ada bersama perempuan itu dalam sebuah relitas keterasingan karena budaya. Maka kiranya sejalan dengan spirit Sang Guru Komunikasi, Bapa Suci Paus Fransiskus berpesan, 'kita perlu bergerak, pergi melihat sendiri, tinggal bersama orang-orang, mendengarkan kisah mereka dan mengumpulkan pelbagai pendapat atas realita yang akan selalu mengejutkan'(Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus Pada Hari Komunukasi Sedunia Ke 55, 16 Mei 2021, hal.2). Inilah komunikasi yang sungguh menghidupkan dan membebaskan. 

Selamat Hari Komunikasi Sedunia Ke 55. Datang dan Lihatlah!. (Fradj)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun