Mohon tunggu...
Fradj Ledjab
Fradj Ledjab Mohon Tunggu... Guru - Peziarah

Coretan Dinding Sang Peziarah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Miliki Harapan (Sebuah Refleksi)

7 Mei 2021   16:40 Diperbarui: 7 Mei 2021   16:44 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Harapan. Merdeka.com

Gereja memanggil putra-putrinya sebagai sebuah panggilan yang optimistik. Panggilan optimistik adalah panggilan menuju kepada pengharapan. Kita putra-putri Gereja adalah sebuah komunitas. Komunitas kita adalah komunitas yang berpengharapan karena berjalan dalam terang Injil Kristus yang merupakan Jalan, Terang dan Hidup yang penuh pengharapan. Dalam terang Injil itu pula kita bekerja dan terlibat secara aktif dalam mewujudkan kesejahteraan hidup bersama (bonnum commune). Kita bersyukur bahwa Tuhan menganugerahkan pelita iman kepada kita untuk menjadi terang bagi bangsa-bagsa (Yes 46:6). Membawa terang berarti membawa penyembuhan bagi bangsa ini yang selalu sakit. Untuk sampai ke sana kita terlebih dahulu menyembuhkan habitus kita sendiri untuk menjadi orang-orang yang memiliki kualitas diri yang merupakan ciri khas pengikut Kristus yang selalu berjuang dan menentukan pola hidup sebagai saksi kehidupan. Kualitas hidup ini menjadikan kita disukai banyak orang sebagaimana Jemaat Perdana karena menjadi pembawa kesukaan dan kebaikan (JGD hal.10)

Kita adalah orang-orang yang selalu memiliki harapan karena percaya dan cinta. Dalam pengharapan itu kita mampu untuk melihat Kerajaan Allah yang datang dan membawa kita kepada proses untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Tidak ada kata terlambat, atau sia-sia. Selalu ada jalan keluar untuk meretas problema. Itulah visi kemuridan yang melahirkan iman penuh keberanian untuk bergulat, mau direndahkan, bahkan untuk "dimatikan" karena percaya bahwa itulah yang akan membawa kesuburan hidup. Kita ditantang untuk hidup dalam pengosongan diri Kristus yang menjadikan hidup kita dalam kemerdekaan yang tidak tunduk kepada ketakutan, kekerasan, dan permusuhan (JGD hal.12). Kita adalah Alter Kristus, Immanuel yang bergerak menegakkan keadilan dan kebenaran, hingga menjadikan hukum itu menang. Hukum yang menegakkan kembali keadaban publik yang kian porak poranda oleh kemunafikan, egoisme, kerakusakan, ketamakan, serta penyakit social lainnya. Kita percaya karena kita dipanggil untuk menjadi orang-orang yang optimistis bukan psimistis. Kita yakin karena selalu ada harapan dibalik semua peristiwa walau gelap sekalipun karena dalam kegelapan itu kita mampu menangkap setitik cahaya yang dapat membawa kita keluar dari kegelapan itu. Itulah cara pandang yang berbeda karena memang kita ini adalah orang-orang yang berpengharapan.

Kegembiraan Diri

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya." (Masmur 126:5-6). Bekerja itu memberikan diri bukan bagi diri sendiri saja, tetapi terlebih bagi Tuhan dan orang lain yang kita layani, entah orangtua, entah anak, entah teman, entah mereka yang tak dikenal. Misterinya ini: semakin kita memberi, semakin kegembiraan batin itu mengalir sendiri. Tak pernah berkurang diri yang diberikan ini. Malahan semakin terasa berarti. Inikah kebahagian sejati? Setelah orang mati, apalagi yang bisa diberi? Setelah orang tak bernyawa lagi, apalagi yang akan dicari?

Magna Anima (jiwa besar)

Realitas hidup menuntut agar kita memilki jiwa besar (Magna Anima). Jiwa besar itu kesiapan diri menghadapi tantangan dan perutusan karena berpengharapan pada Dia yang melampaui segala. Jiwa besar itu keberanian melihat kelemahan dan mengakuinya, tanpa harus berbahasa pura-pura di hadapanNya. Jiwa besar itu berarti transparan berada bersamaNya. Jiwa besar itu tidak malu melihat kenyataan diri yang sering jauh dari ideal sebagai manusia. Jiwa besar itu bersikap mau melangkah mengiya kebenaran meski lelah dan serasa mau menyerah kalah oleh perasaan lemah. "In ipso vivimus, movemur et sumus" (Dalam Tuhan kita hidup, bergerak dan ada).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun