Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Sinar yang Benar-benar Menyinari

28 Agustus 2017   14:39 Diperbarui: 28 Agustus 2017   14:52 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

          Perkembangan teknologi biasa didorong oleh lingkungan hidup.  Tahukah kalian kalau pak habibie menciptakan pesawat terbang dengan motivasi ingin memudahkan keluarganya yang berjauhan untuk dapat bertemu dengan mudah. Mark menciptakan facebook untuk menghubungkan teman-teman kuliahnya. Banyak sekali hal baru ditemukan karena dorongan lingkungan maupun kebutuhan. Itulah pentingnya pengetahuan yang luas. Dengan memiliki pengetahuan yang banyak, alam bawah sadar kita akan memaksa kita untuk mencari tahu sesuatu yang dapat mempermudah hidup kita, bukan hanya menerima yang sudah ada.

            Seperti contohnya baru-baru ini ada seorang remaja yang dengan hebatnya menemukan sebuah inovasi yang membawakan berkah untuk desa dan masyarakat di sekitarnya. Namanya adalah Naufal Raziq. Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Langsa. Di umurnya yang baru 15 tahun dia sudah bisa membuat terobosan baru berupa listrik yang dialirkan dari pohon kedondong.

            Dilansir dari detik.com, "Masing-masing pohon ada keunggulannya. Saya pakai kedondong pagar karena memiliki batang yang besar, mudah tumbuhnya, jika kita buka kulitnya tidak busuk, bisa recover," kata Naufal saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/5/2017).

            "Untuk pembuatan energinya, terutama kita butuh tembaga sama logam untuk mengubah asam menjadi listrik. Sebelum dimasukkan ke pohon, kita lapis tembaga dan logam dengan tisu dan kain, fungsinya untuk menyerap asam. Kita lipat jadi satu, dipasang ke pohon," paparnya.

            Bayangkan anak semuda itu sudah memiliki ide cemerlang seperti itu, sedangkan kita? Apa yang kita lakukan pada umur segitu? Main game, nonton tv, dan internetan sepanjang hari. Berbeda dengan Naufal, dia bahkan sudah menemukan ide cemerlang itu sejak umurnya masih 13 tahun. 13 tahun itu kira-kira kita masih di tingkat 2 SMP, apa kalian pada saat itu sudah terpikir hal seperti itu? Saya kira mayoritas dari kita hanya melakukan percobaan ketika ada mata pelajaran IPA yang mengharuskan kita melakukan praktikum di Lab, itupun praktikumnya hanya mengaplikasikan cara menggunakan berbagai alat ukur ataupun menumbuhkan kecambah dari biji yang dibalut tisu basah.

            Lalu kira-kira apa yang membuat Naufal bisa terpikir ide hebat seperti itu? Kita telusuri dulu dari tokoh idolanya. Naufal adalah seorang pengagum dari BJ Habibie dan Thomas Alfa Edison. Kedua tokoh itu adalah tokoh penemu yang sangat berpengaruh untuk masyarakat banyak, mereka juga terkenal sebagai pekerja keras yang jenius. Bayangkan saja BJ Habibie yang harus berjuang menuntut ilmu dengan segala rintangan yang bisa kalian lihat sendiri di kisah hidupnya yang sudah bertebaran di Internet, dan Thomas Alfa Edison yang terkenal tidak pernah menyerah walaupun sudah gagal 999 dalam percobaannya. Wajar saja bila Naufal ini mempunyai sifat inovatif dalam dirinya.

            Lalu kita lihat faktor keduanya, lingkungan. Faktanya Desa Tampur Paloh, Kecamatan Simpang Jerning, Kabupaten Aceh Timur tempat dimana Naufal tinggal masih termasuk dalam kategori desa pedalaman. Desa dengan penduduk 114 kepala keluarga itu belum menikmati listrik dari pihak manapun. Kebanyakan warga di sana masih mengandalkan lampu teplok sebagai sumber penerangan. 

Hanya beberapa orang yang berlebih saja yang dapat memiliki genset. Itupun genset yang masih tradisional sekali, yang masih berisik jika digunakan. Bayangkan, kita di sini terlena dengan kelimpahan sumber daya yang membuat kita merasa sudah berkecukupan sedangkan ada seorang anak yang luar biasa yang berhasil menemukan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh warga di desanya. 

Dari penemuannya itu, Naufal berhasil memberikan penerangan untuk puluhan bahkan ratusan rumah di desanya itu. Walaupun untuk menyalakan 2 buah lampu dibutuhkan dana sebesar 1,2 juta rupiah, tapi sekarang semua dana itu sudah ditanggung oleh pihak Pertamina, jadi warga desa dan Naufal hanya perlu menyediakan pohon yang akan digunakan. Bayangkan betapa bangganya orang tua Naufal karena anaknya dapat menciptakan hal yang sangat berguna bagi lingkungan sekitarnya. 

Menciptakan inovasi sumber listrik yang dapat menyinari sudut-sudut tempat tinggalnya yang belum dipasok listrik. Kita wajib salut pada anak bangsa yang seperti ini, tapi jangan hanya salut saja, kita harus mencontohnya. Agar Indonesia dapat lebih maju lagi. Ayo bangkit anak-anak muda Indonesia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun