Mohon tunggu...
Frederica Nancy
Frederica Nancy Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Hi! Salam kenal dari saya yang tengah belajar dan menari dalam dunia komunikasi massa-digital!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Digital yang Universal dengan Menjadi Aksesibel Bagi Disabilitas

25 Oktober 2020   21:21 Diperbarui: 17 Maret 2021   08:35 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: World Wide Web Consortium

Dalam produksi jurnalistik digital, kita perlu peka dan belajar memahami teman-teman disabilitas.

"It moves us from the mindset of trying to change the hearts and the deficiency mindset of tolerance, to becoming an alchemist, the type of magician that this world so desperately needs to solve some of the greatest problem."--Elise Roy, pengacara dan seorang tuli (TedEx, 2016).

Memangnya apa sih problem-nya, kan sekarang media digital sudah banyak bantu kelompok disabilitas?

"New technologies are not always created to be accessible to everyone"--Prof. Katie Ellis (Curtin University).

Dalam konteks aksesibilitas informasi digital, coba bayangkan kamu berada di tempat bising, tak membawa headset atau sejenisnya, dan di saat bersamaan harus mengakses konten audio visual.

Bayangkan matamu begitu lelah lantaran Work from Home seharian di depan laptop, namun di akhir hari butuh informasi sebuah infografik dari situs berita favoritmu. Well, all you can do is either go for it or leave it.

Perlu disadari bahwa masalah ini menyangkut prinsip universal. 

David Blakesley dalam bukunya Writing A Manual for The Digital Age (2011) menggaris bawahi pentingnya aksesibilitas konten digital apapun. Pasalnya, ini akan berdampak langsung pada konteks penerimaan informasi. Deque System  menjelaskan digital accessibility adalah membuat dokumen digital, website, hingga aplikasi-aplikasinya dapat diakses oleh siapa saja.

Sayangnya, apa yang seharusnya menjadi hal mendasar bagi disabilitas masih belum terakomodir dengan baik padahal sekitar 15% penduduk dunia per 2020 adalah disabilitas (World Bank). Di titik inilah kita butuh "belajar" dan peka akan eksistensi teman disabilitas dalam konteks aksesibilitas informasi digital.

Jurnalisme Digital bagi Penyandang Low Vision

Semua pihak perlu menyadari bahwa jurnalisme digital memang kian membantu, namun kita tidak bisa menutup mata pada adanya masalah dari segi aksesibilitas. Dalam konteks jurnalisme digital, isu ini menjadi pembahasan sentral dan dasar bagi teman-teman disabilitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun