Sebaris kalimat suci pernah kulantunkan
Memuji-Mu dengan sepenuh hati
Tiada maksud, selain menyukuri
Rahmat hidup yang berlalu dan berliku
Kalau kini aku kembali melakukan ritual ini
Karena kuingat hidup hanya sekali
Mungkin puasa yang akan datang
Nama hanya tinggal kenangan
Pernah arif, minimal kulakukan
Tobat sesaat pun jadilah
Seraya "menabung" pundi-pundi hidup
Yang kadang terasa nyalanya redup
Derma, amal, perlu "dicatat"
Agar kearifan semakin mencuat
Bila perlu ditulis dalam bingkisan
Dari "si A" anggota partai "I" tinggal di sana
Oh, kearifan serasa mainan
Kemanakah nadi hidup sucimu
Tak ingatkah cinta untuk memberi
Dan tak kan mengharap lagi?
-------------------
Pojok kantin, 12.52