Sepenggal kisah
Pagi  jam  8.21.
"Loh...kok baru datang to Pak?"Â
"Halah Pak Mar, Pak Mar, lawong rajin datang  ke sekolah, "mruput"*),  yo nggak ngaruh digaji. Gaji ya segitu-gitu saja...."
Itulah sekilas percakapanku dengan seorang pendidik muda, Saijok (panggilannya Ijok), 34 tahun, yang sudah mengajar sejak tujuh tahun yang lalu.
Pak Ijok, ia seorang guru. Guru terkenal "rajin" ke sekolah. Saking rajinnya malah mendapat stempel  lapan - sebelas.  Datang jam delapan pulang jam sebelas. Ia memang guru tetap, di sebuah lembaga pendidikan.
Beberapa teguran telah disampaikan padanya. Bahkan surat peringatan, telah  dilayangkan padanya, tapi semua dianggap angin lalu.Â
Ketika harus memberi contoh
Satu hal sederhana yang dapat diberikan kepada anak sekolah dalam proses pembelajaran adalah memberi contoh. Dalam hal apapun. Ketika seorang pendidik, seorang  guru memberi contoh dengan baik dan benar, maka proses pembelajaran akan terasa lebih efektif.Â
Begitu juga dalam berperilaku. Ketika seorang guru berperilaku yang baik, menulis dengan rapi, berpakaian rapi, bertutur dengan baik, maka otomatis hal-hal tersebut sudah menjadi pengajaran yang efektif.Â
Masalahnya, tidak setiap orang dapat memberi contoh, bahkan menjadi contoh. Â Begitu juga penggalan kisah pak Ijok. Ijok guru yang sering terlambat. Kadang keterlambatan itu menjadi bahan pergunjingan orang tua murid.Â