Walaupun belum banyak kasus serius terkait dampak pencemaran air di Purbalingga, melihat banyaknya akibat buruk yang dapat ditimbulkan, pencemaran seperti ini tidak dapat dibiarkan begitu saja karena efek yang ditimbulkan ke depannya akan jauh lebih mengerikan.
Pengawasan pemerintah dan masyarakat terhadap permasalahan ini sangat dibutuhkan. Selain mengandalkan regulasi yang ada, pemerintah juga perlu melakukan kontrol tegas khususnya terhadap pengelola – pengelola industri. Proses pengolahan dan pembuangan air limbah harus sesuai dengan baku mutu, dan bagi yang melanggar perlu dilakukan hukuman tegas sesuai aturan yang berlaku.Â
Masing – masing industri juga harus memiliki IPAL sesuai dengan kapasitas produksi masing – masing, pembangunan IPAL pun tidak selamanya berbiaya besar karena menyesuaikan dengan kondisi industri itu sendiri. Selain itu, pihak pemerintah juga mengusullkan agar pihak industri yang belum memiliki IPAL dapat bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pengolahan limbah agar aman dibuang ke lingkungan.Â
Selanjutnya pemerintah juga sebaiknya melakukan monitoring rutin terhadap kualitas air khususnya yang berada di area industri. Monitoring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara tradisional dan dengan bioindikator. Monitoring tradisional adalah cara yang selama ini digunakan untuk mengukur kualitas lingkungan yaitu dengan mengukur kualitas air dengan parameter fisik-kimia seperti pH, suhu, warna, BOD, COD, TSS, dsb.Â
Cara ini cukup mudah, murah dan dapat menunjukkan kualitas lingkungan jika dilakukan secara rutin, namun kekurangannya adalah hasil yang kurang akurat karena hanya menggambarkan kondisi lingkungan saat pengambilan sampel bukan keadaan air sebenarnya, seperti saat hujan air akan menjadi lebih encer sehingga hasil yang didapatkan akan berbeda. Teknik lain yang dapat diterapkan adalah dengan bioindikator, monitoring ini dilakukan dengan meneliti organisme yang hidup di ekosistem tersebut.Â
Biondikator yang digunakan dapat berupa mikroorganisme, hewan, ataupun tumbuhan yang melimpah pada ekosistem tersebut, toleran terhadap polutan, dan siklus hidupnya yang relatif panjang agar mudah diamati. Sebagai contoh penggunaan makrozoobentos seperti Annelida (cacing cincin) atau Sulcospira sp. (siput air tawar) yang hidupnya melekat di dasar sungai, batuan, batang kayu dan ekosistem dekat perairan lainnya, organisme ini  umumnya mampu menghancurkan material besar menjadi lebih kecil yang kemudian oleh bakteri dijadikan sebagai medium pertumbuhan.Â
Proses monitoring dilakukan dengan pemodelan pertumbuhan organisme tersebut sehingga dapat menunjukkan kondisi ekologis perairan secara efektif, lokal, dan jangka pendek. Dengan adanya kerjasama antar seluruh pihak baik pemerintah, pengelola industri maupun masyrakat, kelestarian lingkungan dapat terus terjaga sehingga peningkatan ekonomi yang diperoleh dari industri dapat berjalan beriringan dengan peningkatan kualitas lingkungan yang baik pula.