Manusia sering kehilangan orientasi dalam seluruh peristiwa hidupnya. Ia mengalami pergumulan, persoalan dasar khususnya dalam membangun relasi dengan diri sendiri, sesama, lingkungan, dan Tuhan. Persoalan dasar manusia dalam membangun relasi dengan diri sendiri, sesama, lingkungan, dan Tuhan kerapkali dipengaruhi cara pandang dalam menanggapi sebuah masalah.Â
Seperti apa yang dikatakan oleh seorang Filsuf bernama Efifectus; "bukan masalah itu yang mengganggu Anda tetapi bagaimana Anda memandang masalah itu". Menyadari bahwa manusia dari kodratnya adalah makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, manusia hanya dapat tumbuh dan berkembang ketika ia mampu membangun relasinya yang baik dengan dirinya sendiri, dengan sesama, dengan lingkungan, dan dengan Tuhan. Kata kunci dalam bagian ini yakni  manusia adalah citra Allah yang  memiliki martabat yang luhur dalam relasinya dengan diri sendiri, sesama, lingkungan dan Tuhan sendiri.
Dalam menggali sumber dan argumentasi relasi manusia dengan diri sendiri, sesama, lingkungan, dan Tuhan yang paling utama dan terutama adalah bagaimana membangun sebuah relasi atau hubungan. Ketika manusia diciptakan, ia sudah dilengkapi dengan segala daya kemampuan akal budi, hati nurani, dan kebebasan.
Membangun relasi yang baik dapat dimulai dari hal-hal kecil seperti menyapa, memberi salam, memperkenalkan diri secara baik-baik, dan juga membantu orang lain. Jika kita berperilaku baik terhadap orang lain, maka orang lain pasti nya akan membuka hatinya untuk kita dan merasa nyaman akan kehadiran kita. Seperti yang kita ketahui, manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri, karena kita memerlukan sesama untuk hidup. Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi dan menghormati sesama manusia demi membangun relasi yang baik.
ditulis oleh : Maria Lilin dan Ayu Gayatri
Editor : Flavia, Mardina