Mohon tunggu...
Widyani Putri
Widyani Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Hi, World!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Social Media Journalism, Peluang Bangkitnya Jurnalisme

2 Desember 2020   16:27 Diperbarui: 2 Desember 2020   22:26 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini, orang-orang mengonsumsi lebih banyak konten-konten digital dikarenakan aksesnya yang lebih murah, lebih mudah, dan lebih cepat daripada media konvensional seperti media cetak, radio, maupun televisi. Begitu pun dalam memperoleh informasi, mereka lebih memilih menginstal platform penyedia berita di smartphone mereka atau mencarinya di internet.

Hal tersebut tentunya berdampak secara langsung terhadap media jurnalistik konvensional seperti koran, buletin, atau majalah. Alih-alih berlangganan koran fisik, kini pembaca mulai beralih ke koran digital. Tidak heran, beberapa kantor surat kabar terpaksa gulung tikar karena tidak diminati lagi dan beberapa diantaranya memilih lebih memaksimalkan platform digital.

dok. pribadi
dok. pribadi
Konsultan bisnis PricewaterhouseCoopers (PwC), dalam laporan Perspective from the Global Entertainment and Media Outlook 2017 menyebutkan, laju global pertumbuhan koran dalam lima tahun ke depan adalah minus 8,3 persen. Di sisi lain, PwC  mempresiksi media berbasis internet tumbuh 0,5 sampai 6 persen.

Prediksi tersebut mengindikasikan bahwa lima tahun ke depan sejak tahun 2017, yakni tahun 2017 s.d 2022, pertumbuhan media cetak seperti koran akan menurun seiring dengan meningkatnya penggunaan media berbasis internet. Prediksi PwC pun nyata adanya dengan semakin banyaknya kantor surat kabar yang tutup, sebut saja Sinar Harapan, Jakarta Globe, Koran Tempo Minggu, Harian Bola, dan lain sebagainya.

Penutupan surat kabar tersebut justru berbanding terbalik dengan meningkatnya jumlah pengguna internet. Tahun ini, berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia tembus 196,7 juta orang. Hampir 75 persen seluruh penduduk Indonesia. Dengan ini, era baru telah terbentuk dengan terhubungnya orang satu dunia melalui internet.

Dalam sebuah wawancara, saya berkesempatan untuk mengobrol dengan Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Momentum Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Valian Aulia Pradana. Kami membicarakan beberapa permasalahan terkait jurnalisme saat ini, khususnya jurnalisme kampus, sesuai dengan kapasitas Valian sebagai pemimpin LPM.

Pada wawancara tersebut, saya mendapat kesimpulan bahwasanya minat mahasiswa terhadap jurnalisme sangat rendah. Disamping sulitnya mencari sumber daya manusia, minat terhadap produk jurnalistik LPM juga menurun. Mahasiswa lebih menyukai media sosial seperti Instagram atau Twitter. Oleh karenanya, Valian menegaskan perlu adanya pembaharuan untuk mengembalikan minat mahasiswa terhadap jurnalisme.

dok. pribadi
dok. pribadi
Jurnalisme dituntut untuk bisa bertranformasi mengikuti perkembangan zaman. Ia harus bisa tampil lebih segar dan menggugah para pembaca. Penggunaan media cetak juga perlu dikurangi seiring dengan menurunnya minat masyarakat terhadap produk jurnalistik cetak.

Terlebih lagi, jika kita memandang dari segi efektivitas dan laju informasi yang didapatkan pembaca, produk jurnalistik digital melalui internet lebih unggul. Meskipun demikian, belakangan ini platform jurnalistik digital seperti website juga kurang diminati. Mereka kalah menarik dengan media sosial yang tidak hanya menyajikan informasi terkini, tetapi juga menjadi sarana bersosialisasi bagi penggunanya.

Dilansir dari bebas.kompas.id, menurut Hootsuite (We are Social), pengguna media sosial di Indonesia mencapai 160 juta orang pada Januari 2020. Dengan jumlah pengguna sebanyak itu, media sosial telah menciptakan kehidupan baru. Kehidupan baru dimana pengguna media sosial  bebas berekspresi dan berinteraksi dengan pengguna lain layaknya dikehidupan nyata.

Dengan demikian, media massa elektronik modern seperti media sosial adalah sarana yang tepat untuk mempublikasikan produk-produk jurnalistik. Jika ingin memberikan akses informasi yang cepat dan tepat, tentu jurnalis tidak bisa menolak eksistensi media sosial sebagai media publikasi karyanya.

dok. pribadi
dok. pribadi
Memanfaatkan media sosial untuk mempublikasikan produk jurnalistik seperti artikel, berita, esai, opini, dan lain sebagainya; adalah apa yang saya maksud sebagai ‘social media journalism’. Dimana media sosial dan jurnalisme berkolaborasi untuk memberikan akses informasi secara cepat dan tepat kepada masyarakat, khususnya pengguna media sosial.

Melihat banyaknya massa yang bisa dijangkau dengan memanfaatkan media sosial, tidak mungkin dunia jurnalisme terus menutup mata akan potensi besar media sosial. Terlebih lagi, marwah jurnalisme untuk memberikan hanya informasi yang benar dan akurat, dapat membawa angin segar bagi kualitas konten yang tersedia di media sosial.

Seperti yang kita tahu selama ini, setiap orang bebas menciptakan konten di media sosial dengan berbekal kepemilikan akun platform tersebut, tidak peduli konten tersebut akurat atau tidak. Jika jurnalisme mulai menginvasi media sosial, setidaknya konten yang tersedia di media sosial dapat menjadi lebih sehat.

Dengan inilah, social media journalism dapat memberikan peluang bagi dunia jurnalisme untuk bangkit kembali. Kembali menjangkau banyak orang dan kembali menyajikan informasi-informasi yang nagih bagi penikmat karya tulis.

Kembali dinanti-nanti dan menjadi yang paling dicari.

Salam,

Widyani Putri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun