Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dunia Lima Indra, Dunia tanpa Disabilitas

29 Mei 2022   15:45 Diperbarui: 29 Mei 2022   15:58 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: klikdokter.com

Kalau ada tulisan saya yang saya anggap penting, tulisan sederhana yang sedang Anda baca! 

Ini adalah semacam tulisan pendahuluan untuk rentetan tulisan saya tentang persoalan disabilitas, karena saking beragamnya kesalahpahaman tentang disabilitas; mengenai cara pandang masyarakat, mengenai regulasi dan implementasi.

Beberapa hari lalu saya mengikuti kegiatan yang dibuat oleh Dewan Pengurus Pusat Persatuan Tunanetra Indonesia (DPP Pertuni), yang langsung dipimpin oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum DPP Pertuni. Saya hadir sebagai volunteer dalam kegiatan.

Kegiatan ini dibuat untuk merespon Peraturan Daerah (Perda) Sulawesi Utara No. 8 Tahun 2021 tentang Pelindungan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas, yang bagi Pertuni, juga penyandang disabilitas lain, salah prosedur. 

Peserta yang hadir tidak hanya dari kalangan tunanetra, namun juga melibatkan disabilitas yang lain.

Dalam kesempatan kali ini, saya tidak akan bicara mengenai prosedur hukum yang keliru dalam perumusan dan pengesahan Perda tersebut karena itu akan ditulis dalam kesempatan yang akan datang -- sekali lagi, ini pendahuluan.

Saya akan mulai dengan pendapat umum soal disabilitas -- awalnya saya juga begitu.

Disabilitas, atau penyandang disabilitas, secara umum dipahami sebagai orang yang mengalami keterbatasan fisik, yang berkaitan dengan lima indranya -- meskipun ada juga disabilitas intelektual. Lebih parah lagi penyandang disabilitas dianggap sebagai "cacat" fisik, atau tidak sehat.

Lalu saya akan mulai bertanya: yang sempurna itu manusia bagaimana?

Bagi penyandang disabilitas, keterbatasan fisik yang mereka alami dimaknai, pertama, sebagai keragaman hidup manusia, sebagai perbedaan, yang telah Tuhan buat bukan tanpa makna. Sama seperti kulit putih, hidung tinggi, pendek, ataupun berambut jarang -- sampai di sini kiranya Anda paham bahwa hidup manusia beragam, bahwa secara fisik manusia dilahirkan dengan model berbeda-beda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun