Mohon tunggu...
Sigit Santoso
Sigit Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Peduli bangsa itu wajib

fair play, suka belajar dan berbagi pengalaman http://fixshine.wordpress.com https://www.facebook.com/coretansigit/

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jawaban Jenius Jokowi untuk Riau

16 Desember 2018   11:21 Diperbarui: 16 Desember 2018   11:42 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi menerima gelar Datuk Seri Setia Amanah Negara' di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) sumber : riaumandiri.co

Bendera-bendera partai Demokrat dirusak. Dan, setelah dicek bukan hanya di Riau tapi juga di Kebumen, Medan dan Sumedang. Bendera yang rusak itu menjadi perhatian karena "hanya" bendera itu saja dan tidak yang lain.
Sontak seperti biasa langsung ketumnya Pak SBY, curhat menyayat hati meresponnya.


"Saya ini bukan capres. Saya tidak kompetisi dengan Bapak Presiden Jokowi. Saya sebagai pemimpin partai Demokrat berikhtiar dengan cara yang baik dan amanah sesuai yang diatur konstitusi dan UU. Tapi ternyata ini yang kami dapatkan,"

SBY melihat sendiri bendera dan baliho partai yang dirusak (sumber : kompas.com)
SBY melihat sendiri bendera dan baliho partai yang dirusak (sumber : kompas.com)
Jika memperhatikan kalimatnya di atas. Ada dua pesan penting, memang bernada mengalah tapi menusuk tajam.

1. Presiden Jokowi yang disebut, maka seakan-akan menarasikan mereka yang terafiliasi dengan gerbong petahana yang merusak bendera-bendera dan baliho partai Demokrat. Ini permainan playing victim, seperti halnya spanduk menolak kedatangan Sandiaga di sebuah pasar di Medan

2. Fokus mengomentari betapa partai Demokrat "terzholimi", maka menarasikan Demokrat partai jujur dan bersih jauh dari cara-cara tak elegan. Demokrat tak mau ikut persaingan politik antara Jokowi-Prabowo atau PDIP vs Gerindra. Inilah semacam kampanye halus. Karena simpati konstituen dicuri dengan ada yang zholim di partai lain, sedangkan demokrat tidak.

Ini jelas jebakan politik, karena lazimnya perusakan atribut partai ya lapor polisi, lapor bawaslu, dst. Tapi jika curhatnya mendahului hasil siapa tersangka dari pihak kepolisian, maka pesan politiknya akan sampai duluan daripada obyektifitas penyidikan polisi.

Sehingga, mengambil kesempatan dalam kesempitan, menusuk belati saat terpojok. Apakah efektif ? Ya, fakta pada waktunya akan menentukan hasil.

Walaupun, tentu saja ini bukan cara yang elegan untuk meraih simpati jika dibaca dalam tema adu ide, gagasan, adu konsep membangun. Karena apa manfaatnya curhat, dalam pembangunan Indonesia selain meminta perhatian sehingga dalam konteks yang lain adalah minta diberi bukan memberi.

Apa respon petahana ? Erick Tohir sebagai ketua TKN selain menolak keras juga mendukung penuh langkah kepolisian yang mengusut kasus tersebut. Sedangkan Presiden Jokowi tetap tenang dan tetap memfokuskan pada tema "memberi".

Blok Rokan yang berhasil direbut dari Chevron dan sekarang dipegang oleh PT Pertamina sendiri, kuenya dengan instruksi Presiden Jokowi dibagi ke Pemprov Riau seperti halnya ketika Freeport juga sahamnya dari Inalum dibagi juga ke pemprov setempat.

"10 persen gede banget loh itu, biar yang bicara nanti menteri BUMN," kata Presiden Jokowi di Pekanbaru 15/12/2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun