Hm.. Kalau kata Ustadzah Firda Inayah, menjadi dosen dan bertemu denganku adalah sebuah takdir Tuhan dan bukan keinginan siapapun. Begitupun dneganku, menjadi staf Administrasi dan bertemu dengan Michiko bukanlah keinginanku, namun tak lain adalah takdir indah dengan segala lukanya. Dia adalah orang yang cukup sulit untuk difahami, hal yang menurutku sederhana adalah bom nuklir untukny. Namun, hal yang menurutku bom Bali, hanya sebatas kentut banginya. Entah, kita memang berbeda, namun bukankah pelangi menjadi indah dengan perbedaannya?Â
Tempo hari,ia mengatakan ingin memotong rambutnya. Namun hari ini, saat dinginnya besi gunting menyentuh lembut rambutnya, tetes demi tetes air matanya tak mampu membohongi kesedihan hatinya. dan itu membuat sekujur tubuhku merasa bersalah. Alhasil, layaknya bung Tomo kesiangan, aku memepelopori untuk memotong rambutku sendiri, sebagai bentuk solidaritas untuknya. sebenarnya, aku tak terlalu faham akan marah dan tangisnya, karena ia menginginkannya beberapa hari lalu. tapi apa daya, mataku ini tak bisa melihat ia bersedih. jadi, pada hari itu, seluruh anggota kamar resmi memotong beberapa centi rambutnya, demi Michiko.
Sampai ketemu di Episode Eky-nya Fiula...