Mohon tunggu...
Fityay NadhilahHsb
Fityay NadhilahHsb Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi UINSU

Mahasiswi UINSU pendidikan Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Merealisasikan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua di Sekolah

15 Agustus 2020   10:00 Diperbarui: 15 Agustus 2020   10:02 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Seiring dengan perkembangan zaman,pengetahuan dan teknologi, komunikasi selalu menjadi hal utama yang harus diprioritaskan. Terkhusus mempelajari bahasa asing seperti bahasa inggris. Bahasa inggris adalah pelajaran yang seharusnya menjadi pelajaran yang utama, karena perannya sangat penting bagi peradaban dunia. 

Tak bisa kita pungkiri dunia digital yang sekarang menjadi media pembelajaran seluruhnya menggunakan bahasa inggris, hal tersebut mengharuskan kita untuk menjadikan bahasa inggris sebagai soft skill dalam menghadapi tantangan perkembangan pengetahuan saat ini.

Pelajaran bahasa inggris selalu masuk kedalam pelajaran utama setiap tingkatan sekolah, baik SD,SMP dan SMA. Namun mengapa masih banyak siswa yang bahkan telah tamat SMA tak mampu berbahasa inggris dengan baik?bahkan percakapan dasar bahasa inggris pun mereka masih tak menentu. 

Apa penyebabnya? Tak lain dan tak bukan adalah sekolah belum menerapkan atau merealisasikan bahasa inggris sebagai bahasa kedua di sekolah. Pihak sekolah cenderung mengejarkan  kaidah- kaidah bahasa,bukan fokus pada praktik conversation siswa, sehingga siswa yang mempelajari bahasa inggris mempunyai rasa jenuh dan takut untuk mempelajarinya karena tak kunjung benar dalam mempelajari kaidah bahasa. 

Hal ini berdampak buruk kepada siswa setelah tamat dari pendidikan SMA, mereka harus mampu menerima kenyataan bahwa mereka tak mampu bersaing di dunia international. 

Tak bisa kita pungkiri saat ini hampir  seluruh pekerjaan  mengharuskan bahasa inggris sebagai persyaratan skill yang harus kita punya, ini menyebabkan seseorang yang sudah mempelajari bahasa inggris bertahun –tahun di sekolah namun masih tak mampu berbahasa inggris  harus mengeluarkan biaya yang lebih bahkan hingga jutaan untuk les bahasa inggris saja. hal ini membuktikan bahwa pendidikan formal tidak mampu memberikan pelajaran bahasa inggris dengan efektif.

Menurut Mukminatien (2011) bahwa bahasa yang di dengar maupun dilihat oleh siswa di sekitar mereka merupakan hal penting di dalam sistem pembiasaan berbahasa ini (the acquisition system). Dalam teori Mukminatien tersebut dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran bahasa yang efektif  adalah dengan cara pembiasaan. 

Belajar bahasa tidak dapat disamakan dengan pelajaran pokok lain yang hanya memberikan materi saja. Yang penting adalah praktik, karena Goals utama mempelajari bahasa adalah mampu menjadi alat berkomunikasi dengan baik, bukan mempelajari kaidah bahasa seperti grammar. 

Kebanyakan sekolah tidak membiasakan siswa nya untuk berbicara bahasa inggris di sekolah, banyak sistem sekolah yang menggiring siswanya mempelajari bahasa inggris hanya untuk memenuhi standart ujian, maka dari itu bahasa inggris tak bisa menjadi bahasa kedua di sekolah karena sistem yang sesat tersebut.

Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia yaitu Nadiem Makarim mengeluarkan gagasan terbarunya  pada tanggal  4 November 2019 dalam acara Ikatan Guru Indonesia bersama 22 organisasi guru dan komunitas guru, dalam pernyataan tersebut ada statement bahwa pembelajaran bahasa inggris di SMP dan SMA di hapuskan karena seharusnya sudah di tuntaskan di SD. 

Dalam pernyataan tersebut Nadiem menginginkan bahwa siswa SMP dan SMA harus sudah mampu berbahasa inggris tidak lagi terbata-bata. Ini menjawab permasalahan yang ada bahwa sejak SD seluruh sekolah harus merealisasikan bahasa inggris sebagai bahasa kedua untuk berkomunikasi, dan seluruh sekolah harus tegas dalam menanggapi hal ini. Nadiem sangat mengerti bahwa permasalahan siswa saat ini adalah tidak mampu menjadikan bahasa inggris sebagai alat komunikasi karena kurangnya pembiasaan conversation dari pihak sekolah, padahal pelajaran tersebut di pelajari terus menerus hingga jenjang SMA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun