Mohon tunggu...
fitrotul ngilmi
fitrotul ngilmi Mohon Tunggu... content writer

seorang perempuan yang memiliki fokus pada dunia literasi yaitu pada bidang content writer

Selanjutnya

Tutup

Book

Literasi ala Devata: Menghidupkan Buku dengan Jiwa

11 Mei 2025   18:22 Diperbarui: 11 Mei 2025   18:22 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Digitalisasi dan derasnya arus informasi cepat saji menimbulkan distraksi yang cukup kompleks terhadap literasi untuk saat ini. Namun sebuah semangat hadir untuk memulihkan makna bahwa membaca bukan sekedar aktivitasmelainkan pengalaman batin yang membentuk pola pikir. Melalui oendekatan literasi yang mendalam, Pustaka Devata membawa visi bahwa buku harus kembali menjadi ruang jiwa---tempat gagasan bernapas dan peradaban tumbuh dari kata-kata.

Meskipun belum meluncurkan buku perdananya, Pustaka Devata mulai menarik perhatian komunitas literasi dengan pendekatan branding yang kuat dan nilai yang ditawarkan: Literasi yang membumi, menyentuh, dan berakar pada kedalaman makna.

Pendiri Pustaka Devata, Hana Anindya menyampaikan bahwa setiap buku harus membawa nilai. Tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menyentuh sisi emosional dan spiritual pembacanya.

Berbeda dari banyak penerbit arus utama yang cenderung fokus pada aspek komersial, Pustaka Devata memandang literasi sebagai bentuk peradaban yang hidup. Bagi mereka, buku bukan hanya media, melainkan karya yang memiliki nyawa---lahir dari kegelisahan, pemikiran, dan pengalaman manusia.

"Kami ingin menjadi rumah bagi naskah-naskah yang mungkin dianggap 'terlalu reflektif' atau 'tidak populer' oleh penerbit besar. Justru di sanalah jiwa literasi itu hidup," tambah Hana.

Meski belum memiliki katalog buku, Pustaka Devata telah memulai langkah-langkah strategis dalam membangun branding. Salah satunya melalui kanal media sosial, diskusi komunitas, serta kampanye narasi yang menekankan pentingnya membaca sebagai bentuk perenungan dan pembebasan.

"Kami sedang membangun sesuatu yang pelan, tapi kokoh. Karena kami percaya, buku yang baik tidak lahir dari kecepatan, tapi dari ketulusan dan keberanian untuk bertanya," pungkas Hana.

Langkah awal Pustaka Devata mungkin masih kecil, namun semangat yang mereka bawa menunjukkan potensi besar. Dengan positioning yang jelas, pendekatan yang intim terhadap literasi, serta keberanian untuk tidak mengikuti arus pasar secara instan, penerbit ini diharapkan mampu menjadi warna baru dalam dunia perbukuan nasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun