Mohon tunggu...
Fitroh Nurikhsan
Fitroh Nurikhsan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hidup untuk bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tari Sintren, Covid-19, dan Cermin Sifat Manusia

12 Februari 2021   07:31 Diperbarui: 12 Februari 2021   07:40 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tarian sintren (Sumber Foto: Cirebon.go.id

Indonesia mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam dari Sabang sampai Merauke. Salah satu kebudayaan seni tari ialah sintren. Tarian ini memiliki ciri khas tersendiri yakni adanya unsur mistik yang merasuki penarinya. Sintren biasanya terdapat di daerah pesisir utara pulau Jawa, khususnya daerah Pekalongan, Pemalang, Brebes, Cirebon sampai Karawang.

Tari sintren berasal dari kata sangsekerta diartikan sebagai ruh yang melayang-layang. Tapi istilah lainnya dapat diartikan sebagai sukma yang melayang-layang. Berdasarkan prasasti sindang garuda pada tahun 1264 kerajaan Japura (Raja Artajaya Teja) perubahan dari zaman Hindu-Budha majapahit menuju Islam dengan berdakwah secara langsung belum mendapat respon yang baik dari masyarakat kerajaan Japura sebelum adanya daerah Cirebon. Akhirnya kesepakatan dari dewan wali penyebaran Islam melalui adat istiadat yakni melalui tari sintren, wayang golek, dan wayang kulit.

Sintren sendiri semula merupakan permainan anak-anak pesisir saat menunggu orang tuanya pulang berlayar ke laut. Anak-anak tersebut menunggu serta bermain, maka disitulah para wali mempunyai peluang untuk menyebarkan agama Islam  melalui kebudayaan. Dimana pokok intinya sintren itu ingin menyampaikan isi dari Al-Qur'an khususnya surat Yasin.

 Pertama, berkaitan dengan sintren ialah benar adanya diutusnya para rasul. Masyarakat pun tertarik melihat tarian sintren, karena tarian ini berbeda dengan tarian pada umunya. Dalam tarian sintren mengandung unsur mistik, karena penari sintrennya dimasukkan ruh bidadari oleh dalangnya. Maka masyarakat yang ingin menontom tarian sintren dilakukan sebuah ijab Kabul dengan membaca kedua syahadat.

 Adapun yang kedua, benar adanya AL-Qur'an sebagai hikmah. Pada dasarnya smua ilmu sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Misalnya salah satunya ilmu yang menjelaskan tentang alam kubur dan ilmu yang menjelaskan tentang kehidupan diakhirat. Terakhir, benar adanya bahwa setelah kehidupan di dunia ada kehidupan di akhirat.  

Kemudian pada tari sintren sebenarnya mencerminkan kehidupan makhluk hidup khususnya manusia. Ketika manusia sudah bergelimangan harta kekayaan terkadang sering terbulai dan lupa diri. Makanya ketika penari sintren diberi uang akan jatuh atau terbulai. Setelah jatuh ia akan dibangunkan kembali oleh sang dalang.  Sejatinya dalang adalah gusti Allah swt dan manusia berperan sebagai wayangnya.   

Gerakan melambai-lambaikan kedua tangan pada penari sintren menyerupai kepakan sayap kupu-kupu. Maknanya melambangkan tentang kebaikan dengan simbol sayap bidadari atau malaikat. Lalu ada juga gerakan tangan lainnya yang menonjol dari tarian sintren ialah seperti orang yang sedang berdo'a.

Perlu diketahui tari sintren juga mempunyai makna sendiri yang dibawakan oleh para wali Allah yaitu sebagai tontonan dan tuntunan. Tontonan sebagai hiburan untuk masyarakat sedangkan tuntunan sebagai pesan moral untuk masyarakat dimana sintren menggambarkan bahwa kita harus hati-hati dalam menjalani kehidupan ini karena setelah kehidupan di dunia ada kehidupan lain di akhirat kelak..

Ada dua perilaku dari tari sintren yang mencerminkan manusia dalam menghadapi wabah Covid-19 ini, pertama adalah manusia sering terlena atau kurang cekatan dalam menanggulangi wabah ini dan kedua manusia tidak hati-hati dalam kehidupan sehari-hari saat adanya wabah ini. Perlu diketahui wabah Covid-19 ini sudah hampir satu tahun belum bisa diatasi. Bahkan kasusnya tiap hari terus bertambah dan angkat kematian sama angka kesembuhannya berbanding sangat jauh.

Lalu siapa yang salah? Pemerintahkah atau masyarakat? Bukan salah dua-duanya, melainkan manusia yang sering lalai dalam bertindak menghadapi wabah global ini. Dalam kondisi yang genting ini, kita sebagai manusia, warga negara, bangsa, institusi dan badan, masing-masing dari kita harus memikul tanggungjawab bersama untuk memainkan peran dalam memerangi wabah ini, mengendalikannya, dan melindungi umat manusia dari bahayanya wabah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun