Mohon tunggu...
Fitri Wulan Ningsih
Fitri Wulan Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

Bukan penulis hebat tapi mencoba menulis dengan baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa Pusing Kerja, Joki Tugas Solusinya

30 November 2022   12:08 Diperbarui: 30 November 2022   12:23 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by : https://pin.it/tZXGUxX

Oleh : Fitri Wulan Ningsih 

Mahasiswi jurnalistik Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Gus Dur

Mengerjakan tugas milik orang lain adalah kata lain dari dunia per-jokian dikalangan pelajar dan mahasiswa. Hanya cukup membayar segelintir sisihan uang jajan saja, tugas kuliah dan nilai diperoleh. Hal ini disebabkan kesibukan mahasiswa dan pelajar dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Era sekarang ini, mahasiswa dan pelajar tidak seperti dahulu yang belajar dan belajar. Namun mereka sudah banyak menerjunkan diri di dunia bisnis dan usaha, sehingga apa yang dilakukannya disebut sebagai peran ganda.

Peran ganda mahasiswa dan pelajar tidak bisa di-nafi-kan sebagai suatu realitas. Sebab selain sebagai mahasiswa dan pelajar, mereka juga memiliki kesibukan lain seperti berdagang dan berbisnis. Sehingga hal ini mengakibatkan mahasiswa dan pelajar 'menyatakan' tidak cukup waktu untuk mengerjakan tugas-tugas dari sekolah maupun kampus. Akhirnya bagi sebagian orang melihat peluang bisnis joki tugas.

Bagi para joki selain mendapatkan manfaat secara material, juga berdampak pada sisi lain ialah kepuasan diri atas nilai tugas yang diperolehnya. Namun hal ini bukanlah dua perilaku yang saling memberikan kebermanfaatan sebagaimana teori simbiosis mutualisme. Ialah adanya kebutuhan primer yang diperlukan antar orang sehingga mereka saling memberikan kemanfaatan secara positif.

Realitas joki tugas mungkin saja tidak menajdi issu baru dikalangan mahasiswa dan pelajar. Namun menjadi tranding topic dibeberapa bulan kebelakangan, sebab sempat terkuaknya joki tugas di salah satu kampus besar Jawa Tengah. Hal ini nampaknya tidak menjadi 'biasa-biasa saja' sebab, kebiasaan joki tugas dapat menjadi pengaruh signifikan bagi pola pikir dan mentalitas diri mahasiswa dan pelajar.

Kita mengetahui bahwa menyontek adalah tindakan yang tidak dibenarkan baik dalam akademik,moral, maupun norma. Namun ketika menyontek masih mengeluarkan usaha untuk membaca dan menulis ulang. Sedangkan joki tugas mahasiswa dan pelajar hanya perlu membayar dan kemungkinan terburuk ialah tidak mengetahui isi tugasnya.

Menyontek maupun joki tugas, keduanya dapat menjadi penghambat pola pikir mahasiswa dan pelajar. Alih-alih mencari jalan pintas pola pikir yang terbentuk ialah tidak percaya dengan kemampuan sendiri sehingga memilih untuk bergantung kepada orang lain. Pola pikir seperti ini akan berdampak pada kerusakkan kemampuan mahasiswa atau pelajar dalam berpikir kritis,tidak mandiri dan tidak memiliki rasa tanggung jawab.

Tidak hanya pola pikir yang keliru menganggap joki tugas sebagai jalan pintas justru merusak kemampuan berpikir saja. Joki tugas dapat berimbas pada mentalitas pelajar ataupun mahasiswa. Sebagai Civitas Akademika atau orang-orang yang berkecimpung didunia pendidikkan dinilai masyarakat sebagai kelompok terpelajar dan independen yang artinya mampu berdiri sendiri atau mandiri. Setiap aktivitas yang dilakukan secara terus menerus akan terbentuk mentalitas tanpa disadari.

Ketidak mandirian seseorang dalam menyelesaikan permasalahannya sendiri akan cenderung melimpahkannya kepada orang lain sehingga malas untuk berpikir. Hal ini sangat berbahaya bagi pelajar maupun mahasiswa, karena terlalu mengandalkan orang lain atau dependen sehingga pola pikirnya tidak dapat berkembang dan tidak memiliki rasa tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Dampak buruk lainnya ketika berhubungan dengan orang lain seperti yang sering dihadapi mahasiswa maupun pelajar yaitu mengerjakan tugas secara kelompok. Mentalitas yang diperlihatkan kepada orang lain adalah tidak ada rasa tanggung jawab dengan kewajibannya karena menganggap bahwa ada orang lain yang bisa mengerjakannya. Sehingga tak jarang seseorang dengan pola pikir seperti ini dianggap 'menyusahkan' bagi orang lain dan lambat laun dijauhi oleh lingkungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun