Mohon tunggu...
FitriU Naibaho
FitriU Naibaho Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Journalism 1.0 VS Journalism 2.0

5 Oktober 2017   13:20 Diperbarui: 6 Oktober 2017   22:16 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi berbasis internet menjadi yang terdepan pada era modern sekarang ini. Segala aspek kehidupan masyarakat seolah telah terpenuhi dengan pesatnya teknologi digital tersebut. Hadirnya 'new media' dianggap sebagai wajah baru khususnya pada produk jurnalistik. 

Seperti pada tulisan sebelumnya, penulis telah mengangkat fenomena mengenai 'one click'.Fenomena 'one click' merupakan ciri khas dari 'new media'yang juga berdampak pada praktik jurnalistik. Kini, untuk mendapatkan informasi audiens tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkannya. 

Hanya dengan menggunakan piranti digital mereka seperti smartphone, komputer, tablet/ipad mereka telah mendapatkan informasi yang mereka inginkan secara mudah. Tidak perlu ada kegiatan menonton televisi, membeli koran ataupun majalah, bahkan untuk sekedar mendengarkan radio.

Kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi digital tidak serta merta membuat konsumennya bijak dalam mengonsumsinya. Namun, disamping itu kemajuan teknologi ini memberikan angin segar bagi para netizenyang berasal dari gabungan kata internet dan citizen.Netizen berarti orang yang terlibat secara aktif di internet. Paul Bradshaw dalam blognya 'The Future of Journalism' menyebutkan istilah Journalism 1.0 dan Journalism 2.0. Apa sebenenarnya makna dari istilah tersebut?

Lister, dkk dalam bukunya berjudul New Media : A Critical Introduction, Second Edition menyebutkan perubahan karakteristik media baru sangat ditandai dari aspek Interactivity(interaktifnya) (2009:21). Dunia dalam Era Baru membuat audiens multitasking atau prosumer yaitu seorang produser sekaligus konsumer. Jika dahulu audiens hanya sebagai konsumer atau penikmat sebuah konten/hiburan. Kini, difasilitasi oleh teknologi berbasis internet audiens dapat dengan leluasa menggunakan piranti digital miliknya untuk membuat dan memilih konten mana saja yang diinginkan. Selain itu, adanya kolom komentar yang disediakan sebuah portal berita online juga meningkatkan interaktifitas audiens dengan media dan juga antar audiens. Dengan begitu, komunikasi yang terjadi tidak satu arah lagi melainkan dua arah.

Perbandingan yang dimunculkan dalam istilah oleh Bradshaw adalah arah dari proses  komunikasi yang terjadi pada media atau khalayaknya dalam hal ini netizen. Journalism 1.0atau Lecture yang berarti mengajar; ceramah. Singkatnya, komunikasi audiens pada era Journalism 1.0hanya satu arah, yaitu pemberian informasi dari pihak media sebagai agen distributor dan audiens hanya mengonsumsinya. Biasanya, Journalism 1.0ditemui pada media konvensional atau tradisional. Dikatakan pula oleh Bradshaw bahwa adanya perbedaan karakteristik audiens yaitu 'read-only vs read-write'. Read onlyatau hanya membaca merupakan karakteristik dari era Journalism 1.0.Komunikasi satu arah membuat audiens menjadi pasif dan seolah menerima apapun yang disajikan oleh teks media.

yuh-59d5c5e0da14f91fd818f4e3.jpg
yuh-59d5c5e0da14f91fd818f4e3.jpg

Sumber : Slidesharecdn

Wajah berbeda terlihat pada era Journalism 2.0yang menyuguhkan public sphere sebagai proses komunikasi dua arah bagi netizennya. Komunikasi dua arah juga menjadi ciri dari new digital era seperti saat ini. Hal ini membuat fansdari media tradisional tak sedikit beralih ke jurnalisme online. Hadirnya Journalism 2.0menjadi solusi bagi perkembangan jurnalisme era digital seperti sekarang. Public sphere atau ruang publik yang disediakan ini guna menampung aspirasi masyarakat yang intelektual. Adanya proses feedbackatau reaksi timbal balik sebagai bentuk masyarakat yang maju dan tidak hanya menjadi marketplacetetapi kepada kelompok komunitas. 

Macdougall (1972) dalam Kusumaningrat (2016:15) menyebutkan bahwa journalismadalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme merupakan sebuah kegiatan yang tak habis tergerus zaman dan akan selalu bersifat krusial. Tulisan kali ini akan membahas mengenai kebebasan berpendapat oleh netizenpada portal berita onlineyaitu detik.com sebagai bentuk berkembangnya jurnalisme onlinedi era digital.

Kebebasan berpendapat merupakan bentuk proses komunikasi dua arah yang marak terjad pada era globalisasi ini. Alih-alihsebagai ruang publik bagi masyarakat berkomentar pada kebijakan publik atau sekedar mengkritisi ulah pejabat berdasi. Tak jarang, membuat netizenlupa akan etika mereka ketika mengemukakan pendapatnya secara luas. Selain membubuhkan aspirasi pada kolom komentar pada sebuah portal berita online, kini marak pula muncul yang dinamakan memeatau mimetismeatau mimikri yang berarti peniruan.

Memejuga menjadi wadah masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya. Memeini kemudian dipublikasikan pada jejaring sosial yang tak jarang sering digunakan oleh beberapa portal berita online.Terkadang benar adanya asumsi bahwa meme bernada negatif yang bermaksud menyindir namun secara tersirat. 

okuiy-59d5c801096dea78e84e90a2.jpg
okuiy-59d5c801096dea78e84e90a2.jpg
Berikut merupakan hasil pencarian pada googledengan kata kunci 'berita Setya Novanto sakit'. Dari tiga portal berita nasional berbeda, tampak judul yang dikategorikan bombastis atau dilebihkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun