Mohon tunggu...
Fitri Suci
Fitri Suci Mohon Tunggu... Dosen - Belajar menulis

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dana Kampanye Pilpres Untuk Apa? Untuk Siapa ?

5 Juni 2014   06:26 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:16 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14018981921007066103

Assalamu'alaykum, kompasianer :)
Berbicara tentang politik kok rasanya benci-benci rindu ya ?. Tidak suka politik dan berpolitik, tapi sekalinya ada di televisi kok malah anteng mantengin tv hahaha. Saya termasuk orang yang tidak percaya dengan politik tapi terus ‘ngepoin’ perkembangan politik ibaratnya kayak orang yang ‘ngepoin’mantannya, katanya sebel, geleuh, benci tapi masih saja diikutin (kayak yang punya mantan aja.. haha) walaupun enggak terlalu ngerti politik. Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan pilpres yang masih sebulan lagi itu, hampir tiap nyalain televisi adaaaa aja beritanya. Kadang bosen juga sih, secara saluran tv banyaaak banget dan isi beritanya itu-itu aja. Bahkan, ada televisi yang menayangkan program dari pagi sampai pagi lagi masih saja tentang pilpres. OMG!. Memang sih rakyat perlu mengenal calon presidennya tapi enggak gitu juga kelleees.


Pilpres tidak lepas dari kampanye, dan kampanye tidak lepas dari dana kampanye. Saya takjub mendengar dana kampanye yang jumlahnya luar bisa banyaknya dan usut punya usut hasil baca berita online dan televisi dana tersebut diperoleh dari capres, cawapres beserta ‘relawannya’. Capres A 10 M dan Capres B 44,9 M, untuk saya jumlah tersebut tergolong fantastis. Ternyataaaa menurut Pak Toto di harian terbit (http://www.harianterbit.com/read/2014/06/04/3183/26/26/Prabowo-Rp10-M-Jokowi-Rp449-M-Dana-Kampanye-Tak-Masuk-Akal) jumlah tersebut tidak masuk akal, katanya dana kampanye bisa menghabiskan triliunan rupiah! (wow!). Setelah dipikir-pikir, iya juga sih harus iklan di tv, koran, buat spanduk, pin, kaos, stikerin kendaraan, sewa orkes dangdut (LOL) dan lain-lain. Secara pileg sama pilda saja yang cakupannya hanya 1 daerah saja misalnya ya bisa mencapai miliaran rupiah, yaa pantas saja dana kampanye pilpres sampai triliunan.

Lalu, dana yang luar biasa banyaknya ini dari mana ? dari Hongkong ???? Halllooooooo!!!. Dana kampanye katanya berasal dari capres, cawapres dan ‘relawan’. ‘Relawan’yang mana ? katanya sih yang ikhlas dan tulus menyisihkan sebagian hartanya untuk kampanye. Kalo seribu dua ribu sih oke lah yaa, kalau ada orang yang ngasih sampai milyaran masih ikhlas gak ya atau dengan pamrih? hehe. Padahal dulu pas SD masih inget banget ikhlas itu tanpa pamrih.

Tadi sore, nggak sore sih pas selepas maghrib lah saya menonton televisi dan baca running text isinya penggalangan dana untuk kampanye salah satu capres. Etiskah ???. Masa iya minta dana untuk kampanye ?. Menurut hemat saya sih, itu sama sekali tidak etis. Apalagi kata KPU tidak boleh mengumpulkan dana sukarela, saya baca di http://www.republika.co.id/berita/pemilu/info-kpu/14/05/31/n6fxad-kpu-capres-dilarang-gunakan-sumbangan-sukarela walaupun isinya katanya boleh saja, asalkan sumber dananya jelas dan dikelola di rekening khusus. Akan tetapi tetap saja tidak etis menurut saya.
Buat saya, kampanye itu bukan ajang charity, apalagi nanti paling uangnya dipakai untuk sewa orkes dangdut, spanduk yang nantinya mengotori keindahan kota dan lain-lain. Padahal kan bisa dipakai untuk yang lebih bermanfaat. 10 M ditambah 44,9 M = 54,9 M, dengan angka segitu sepertinya bisa membangun fasilitas umum, yaaa paling tidak untuk pembangunan sekolah. Mungkin dengan angka 54,9 M bisa membangun puluhan sekolah atau rumah sakit atau dananya dialokasikan untuk perbaikan lingkungan atau membangun perbatasan atau jalan dan masih banyak atau yang lainnya. Itu angka yang tercatat di media massa, belum kalau misalnya dananya mencapai 1 Triliun itu bisalaah untuk pembangunan beberapa kabupaten/kota. Apalagi saudara-saudara kita di perbatasan dan di timur sangat membutuhkan fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit serta akses jalan. Ini ada gambar pinjem dari google. Kadang ya, bukan hanya saudara kita yang di perbatasan dan di timur saja, di provinsi Jabar yang memiliki APBN terbesar setelah DKI Jakarta saja masiiih aja sekolah yang runtuh.

Itulah sepenggal pemikiran dan pandangan penulis pemula ini, akhir kata saya ucapkan terima kasih. Tulisan ini hanya tulisan seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang galau -..-. Mohon maaf jika ada kesalahan. Wassalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun