Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apa yang Harus Kulakukan terhadap Tuan Aiden?

1 November 2021   20:22 Diperbarui: 1 November 2021   21:36 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dversepoets.com

Usai meneguk habis mulled wine-ku, aku baru sadar bahwa posisi duduk kami bertiga lebih rapat dari sebelumnya. Kedua teman baruku masih tampak ketakutan. Mereka menghabiskan minuman mereka tanpa suara. Bunyi gemeretak api yang melalap kayu di perapian dan detak jarum jam dinding berpadu, menambah ketegangan dalam ruangan ini.

Ketika kami berpamitan, Tuan Aiden hanya menganggukkan kepala dan tersenyum samar. Hal ini cukup menggangguku. Ketika kutanyakan kepada Hans, teman baruku itu hanya mengangkat bahu dan mengatakan pamannya memang orang yang sulit dimengerti. Aku harus puas dengan jawaban singkat itu.

Salju turun lebih deras dari tadi sore. Jalanan mulai tertutup hamparan putih. Rumah ketiga temanku lebih dekat, aku terpaksa harus berjalan sendirian sebelum tiba di rumah. Tanpa mempercepat langkah, kumasukkan kedua tangan ke dalam saku, lalu bersiul-siul untuk menghalau dingin yang menusuk.

Senyum seorang gadis perlahan terbayang dalam benakku. Paras gadis itu cantik seperti seorang dewi. Mahkotanya yang keemasan berkilau laksana keajaiban ketika cahaya mentari jatuh di atas ikalnya. Sejujurnya, ia gadis paling rupawan yang pernah kulihat. Sungguh sayang, gadis itu malah menyukai pemuda lain dan menolak mentah-mentah semua kebaikanku.

Siulanku terhenti. Sial! Tiba-tiba aku memikirkan apa yang harus kulakukan dengan Tuan Aiden. Sudah sejauh ini aku pergi, tetapi mengapa warga desaku harus bertemu dengan Tuan Aiden di kota kecil ini? Salju turun semakin deras, tetapi aku hanya mematung dan memikirkan masalah ini dengan tangan terkepal di depan rumah bibiku.

Kuremas rambut sekuat tenaga hingga rasa perih di kulit kepalaku membuatku berhenti. Aku sungguh menyesal karena tak mampu memadamkan kebencian yang berkobar terhadap gadis itu. Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku memaki diriku sendiri hingga berkali-kali.

Apa yang harus kulakukan terhadap Tuan Aiden?

***

1/11/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun