Hal yang paling kau inginkan di dunia adalah bertemu bidadari. Kau melihatnya pertama kali di majalah anak-anak yang diberikan oleh ibumu. "Cantik, bukan?" tanya ibumu pada waktu itu. Kau terpesona menatap paras bidadari yang menurutmu lebih rupawan dari seorang putri. "Ibu, aku ingin bertemu bidadari," pintamu. "Tentu, Putraku," ibumu mengelus rambutmu dengan penuh kasih sayang, "suatu hari nanti, kau akan bertemu bidadari."
Orang yang yang paling kau percayai di dunia adalah ibu. Bagimu, kata-kata seorang ibu adalah sebuah janji yang pasti terpenuhi. Sejak hari itu itu pula, kau giat mengumpulkan gambar bidadari dari majalah anak-anak pemberian ibumu. Kau menggunting gambar-gambar itu lalu menempelkannya di dinding kamar atau pada lembaran buku. Ratusan jumlahnya. Mimpi-mimpimu dipenuhi bidadari-bidadari cantik yang akan kau temui suatu hari nanti seperti janji ibumu.
Pada suatu malam, ibumu membangunkanmu dari tidur dan berkata, "Maaf, Darung. Ayah dan Ibu harus pergi meninggalkanmu. Kami takkan kembali."
Kau menguap lalu berpiki mungkin ibumu sedang membuat lelucon sebagai kejutan. Meski kau berusaha mengingat-ingat, kau yakin bahwa tak ada seorang pun anggota keluarga yang sedang berulang tahun. Kau menatap sedih pada ayah dan ibumu dan bertanya, "Mengapa? Ayah dan Ibu akan meninggalkanku sendirian?"
Mereka memelukmu dengan haru. "Tidak, kau takkan pernah sendirian. Kau akan dilindungi." Ibumu menaruh sebuah kantung kecil dalam genggamanmu. "Pergunakan ini baik-baik, Putraku. Hidupmu takkan pernah kekurangan."
"Jadilah anak baik," pesan ayahmu sambil mengusap kepalamu. "Beberapa hari lagi, seseorang akan datang untuk menjemputmu. Kau akan dirawat hingga cukup dewasa."
"Tapi... aku hanya ingin bersama kalian." Kau merasa cemas karena tak mengenal seseorang yang dikatakan oleh ayahmu. Selama ini, kau hanya tinggal ayah dan ibu yang tiba-tiba akan pergi meninggalkanmu.
"Putraku," ibu merengkuh tubuh mungilmu dalam pelukan, "kau masih ingat janji ibu tentang bidadari?"
Kau mengangguk sambil menangis. Perlahan-lahan rasa cemasmu reda karena berada dalam pelukan ibu yang kau percayai.
"Kami harus pergi karena kami akan bertemu bidadari. Kau bisa mengerti, kan?"
Kau melepaskan pelukan ibumu lalu memohon, "Bawa aku juga, Bu. Bukankah Ibu bilang aku akan bertemu bidadari?"