Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinding

7 Mei 2018   15:32 Diperbarui: 7 Mei 2018   16:20 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: neutralduo.com

"Seluruh rumah kita kini didominasi warna putih," komentarku. Kami duduk bersisian di atas sofa baru dan tak henti-hentinya mengamati seluruh penjuru rumah.

"Seharusnya, kita lakukan ini sedari dulu," timpalnya riang.

"Tak masalah terlambat. Perabot-perabot lama itu," aku menunjuk beberapa perabot lama yang telah hadir sejak kami menikah, "meski tak putih namun memiliki kenangan sendiri."

"Kau benar."

Keesokan harinya, suamiku pulang dengan membawa sekaleng besar cat putih. Tentu saja hal itu membuatku kebingungan. Seluruh dinding sudah dilapisi dengan warna yang sama. Lalu, untuk apa ia membeli cat sebanyak itu?

"Ini untuk jaga-jaga. Kita tidak pernah tahu kapan noda akan mengotori dinding-dinding rumah kita," jelasnya saat aku bertanya.

"Tapi... kau kan baru saja mengecatnya," bantahku.

"Suamiku menatapku lama. "Selalu akan ada noda. Kau tahu itu," desisnya.

Kata-katanya membuatku terdiam. Untuk pertama kalinya, aku merasa takut padanya. Ketakutan itu semakin bertambah manakala ia terus mencari-cari noda di dinding sebagai alasan untuk menggunakan sekaleng cat yang baru dibelinya. Iring-iringan semut, darah nyamuk, atau noda lain sekecil apa pun akan membuatnya murka. Ia akan membersihkan noda itu satu persatu dengan saksama. Hal itu terus berulang setiap hari sehingga membuatku resah.

"Bisakah kau menghentikannya? Kau sekarang sering bolos bekerja," protesku padanya. "Kita masih membutuhkan biaya untuk dapur dan lainnya." Saat mengucapkan kalimat terakhir, sebenarnya hatiku agak gentar. Aku takut akan mengundang kemarahannya. Tapi aku harus mengatakannya. Aku tak ingin suamiku dipecat dari pekerjaannya.

"Apa maksudmu? Aku sedang mengawasi dinding-dinding rumah kita," ucapnya tanpa ekspresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun