Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tolong, Berikan Saya Makan Malam Cerpen!

13 Maret 2018   22:40 Diperbarui: 13 Maret 2018   22:52 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.todayifoundout.com

"Tetapi... cerpen-cerpen itu dimuat di surat kabar, Tuan," ucap Borya ragu-ragu. "Bukankah... itu artinya cerpen-cerpen itu adalah karya yang baik?"

"Belum tentu! Jangan pernah ucapkan hal konyol itu! Redaktur-redaktur itu bukanlah kritikus seperti saya. Saya takkan pernah menulis kritik jika semua karya itu baik. Ingat itu!" Viktor bicara dengan napas terengah-engah. "Saya adalah Viktor Sergeyevich. Jangan pernah lupakan itu, Borya."

Borya terpana. Air mukanya berubah pasi. Ia berkata perlahan, "Mmm... maafkan saya, Tuan. Saya akan membawakan makan siang untuk Tuan sekarang."

"Ya... kamu boleh membawanya," jawab Viktor lalu kembali menekuri surat kabar di mejanya. Borya bergegas membersihkan sisa-sisa sarapan pagi. Saat Borya akan meninggalkan ruangan itu, Viktor berkata, "Bawakan juga segelas kvass [2] dingin. Kita harus menikmati musim panas ini, Borya."

Lima belas menit kemudian, Borya kembali datang dan membawa nampan berisi segelas kvass, sepiring salad dan herring [3] asin. Ia meletakkan menu makan siang itu dengan hati-hati di atas meja.

"Kelihatannya cukup lezat." Viktor mengangkat sendok, bersiap untuk memulai makan siangnya. Tiba-tiba ia meletakkan kembali sendok itu dan berkata, "Mengapa mereka tidak bisa menuliskan cerita seperti masakanmu yang lezat ini? Karya-karya mereka begitu dangkal. Saya tidak bisa merasakan kemarahan, sukacita atau kesedihan dalam karya-karya itu." Viktor berdecak kesal.

Borya menarik napas. Air mukanya tampak khawatir. "Saya benar-benar tidak tahu, Tuan. Mungkin... ada baiknya Tuan menanyakan hal tersebut kepada mereka." Saat kalimatnya berakhir, Borya menepuk mulutnya.

"Kali ini kamu keliru," desis Viktor. "Mereka tidak akan berterus terang tentang kelemahan karya mereka. Itu mustahil!"

"Maaf, Tuan... Saya salah menjawab," ucap Borya gugup. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana.

"Sudahlah, tak mengapa. Kamu boleh pergi sekarang." Viktor mengibaskan tangannya.

Borya membungkuk sedikit dan bergegas keluar dari ruang baca dengan roman muram. Tak lama kemudian, terdengar suara orang berbenah dari dapur rumah Viktor hingga jam makan malam hampir tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun