Mohon tunggu...
Fitri Intan Ayu Rahmawati
Fitri Intan Ayu Rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Internasional Semen Indonesia

Semangat Menebar Manfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Menggali Makna Kehidupan Mutualisme di Lautan Lepas, "A Plastic Ocean"

2 Desember 2020   16:50 Diperbarui: 2 Desember 2020   17:11 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lantas apa yang terjadi apabila mereka memakannya secara berkala? Tentunya sistem pencernaan mereka akan terganggu sebab sampah yang ada di dalam tubuh mereka tidak dapat diolah dengan baik oleh pencernaan, karena sampah tentunya sampah plastik memiliki molekul-molekul yang tidak dengan mudah dapat diuraikan meskipun di alam.

Sudut pandang ketiga adalah sebagai negara, nah mengapa disini saya mengambil negara? Sebab, negara adalah salah satu elemen yang mengendalikan masyarakat dan seisinya. Apabila negara menganggap remeh soal sampah plastik, maka yang terjadi lingkungan yang ada di negara mereka akan rusak dan menjadi tidak terawat. Sebab banyaknya sampah, entah itu sampah kering dan sampah plastik tentunya yang dihasilkan oleh negara itu sendiri yang tidak dapat diolah dengan benar akan mematikan kondisi ekonomi, lingkungan, dan sosial mereka.

Salah satu penyebab ketidakseimbangan kondisi laut adalah manusia itu sendiri, mengapa? Sebab manusia adalah orang yang menjalankan segala aktivitas dan mengatur apapun yang terjadi di lingkungan mereka. Sehingga, apabila telah terjadi ketidakseimbangan kondisi laut maka yang terjadi adalah rantai makanan biota laut akan terputus dan matinya hewan-hewan laut sehingga menyebabkan punahnya beberapa jenis ikan yang tidak dapat terpenuhinya kebutuhan makanan mereka.

Maka, dengan adanya sampah plastik yang terus menerus bertambah tiap tahunnya tentunya perlu tindakan pencegahan dari kontributor-kontributor sampah plastik itu sendiri. Beberapa kontributor  limbah plastik di laut yakni perusahaan, aktivitas rumah tangga, dan pelaku usaha. Ketiga elemen tersebut adalah kontributor yang paling banyak menyumbang sampah hingga sampai ke lautan. 

Pertama, perusahaan menyumbangkan sampah plastik mereka bisa dalam skala besar, sebab sekali mereka melakukan aktivitas produksi, maka sampah maupun limbah yang mereka hasilkan pasti lebih banyak, terlebih lagi apabila bukan hanya sampah plastik saja yang dibuang di sungai, bahkan air limbah seperti minyak juga pasti mereka buang. 

Kedua, aktivitas rumah tangga yang dilakukan pasti sering menggunakan kantong plastik, bungkus makanan dan minuman, dll. Sebagai contoh, jika dalam sehari 1 rumah tangga mengkonsumsi 50 bungkus plastik, pasti bisa dibayangkan berapa jumlah sampah plastik yang akan dihasilkan oleh aktivitas rumah tangga lain dalam satu hari, kemudian dalam satu bulan dan sampai dengan satu tahun, tentunya tidak terhitung berapa ton banyaknya. 

Sedangkan ketiga yakni pelaku usaha, pelaku usaha di sini sebenarnya dapat dikatakan dapat menekan konsumsi penggunaan sampah plastik, tergantung dari seberapa penting dan sering mereka mengkonsumsi sampah plastik. 

Jika ditelisik lebih dalam lagi, tentunya jika diakumulasikan jumlahnya dalam satu tahun, berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan? Dan itu juga apabila dilaksanakan secara terus menerus tanpa adanya proses pengelolaan dahulu sebelum dibuang, sebab sampah plastik yang dihasilkan oleh ketiga kontributor tersebut awalnya apabila dibuang ke bak sampah bahkan pasti ada yang justru sengaja membuangnya ke sungai, kemudian aliran sungai membawa sampah plastik tersebut mengalir hingga ke lautan. 

Apabila hal ini dilakukan terus menerus, lautan yang awalnya berisi air akan digantikan dengan sampah plastik, dan ikan-ikan di dalamnya akan digantikan dengan hewan-hewan seperti set, cacing, dll. Tentunya itu akan sangat merugikan bagi keseimbangan lautan terlebih lagi keseimbangan alam.

Maka sesuai dengan istilah, bahwa jika di asumsikan secara global kontributor sampah plastik yakni pelaku itu sendiri, yakni manusia. Apabila hal ini dilakukan secara terus-menerus tidak menutup kemungkinan benar adanya istilah "Manusia menghasilkan sampah, lalu memakan sampah itu sendiri". Inilah yang ditakutkan oleh seluruh pengamat lingkungan bahkan orang-orang yang sudah lebih tau menau akan hal ini. 

Selain itu, beberapa negara yang termasuk ke dalam kontributor sampah plastik di lautan yang terbanyak menurut film "A Plastic Ocean (2016)" adalah di Prancis, Hongkong, dan Indonesia. Serta di perairan laut bagian utara juga terdapat molekul-molekul partikel kecil yang mengambang di lautan, sehingga jika dilihat dengan mata telanjang seperti tidak ada apa-apa, tetapi setelah dilakukan penyaringan sampah maka yang tersaring ialah partikel kecil plastik, dimana hewan-hewan disana pasti dengan tidak sengaja memakan benda itu karena mereka menganggap itu adalah makanan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun