Mohon tunggu...
Fitri Hidayati
Fitri Hidayati Mohon Tunggu... Pendidik -

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Kini, Aku Benar-benar Sendiri

23 Mei 2018   15:01 Diperbarui: 23 Mei 2018   15:05 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
theodysseyonline.com

Perasaanku lega, akhirnya sampai juga aku di PKU ini. Meski susah payah aku bertahan selama perjalanan . Lebih lega lagi saat aku tetap mendapatkan penanganan yang baik meskipun tak seorangpun yang menjaminku. Bagai seorang gelandangan yang sekarat di jalan, nasibku kali ini. Namun aku benar-benar  rasakan berkah Ramadhan. Kudapatkan kasih sayang dari sesama umat Islam . petugas di sini, merawatku dengan tulus dan ikhlas meski aku tersingkir dari keluarga.

Kucoba jalani semuanya dengan iklas hidup tanpa siapapun. Kuenyahkan jauh-jauh sifatku yang selalu ingin menuntut perhatian dari orang-orang di sekitarku. Yang mungkin hal itu yang membuat mereka menjauh. Beberapa bulan yang lalu, aku mengalami hal yang sama, penyakitku kambuh. Karena egoku yang tinggi, aku menuntut semua saudaraku, istri, dan anakku untuk mengantarkan dan menunggui di rumah sakit. 

Semalaman Pak Rofiq rela mengantarku. Kami hanya berputar-putar berpindah dari satu saudara ke saudara yang lain. Dan akhirnya aku tak pernah sampai ke rumah sakit.

Ramadhan kali ini benar-benar kujadikan moment pertaubatan. Kelam masa  laluku tlah mengisi hampir seluruh usiaku. Meski beberapa kali aku bertaubat, namun sesering itu pulalah  aku kembali tergelincir. Mungkin karena sebab inilah, orang-orang terdekatku meninggalkanku. Kali ini aku tak mau main-main lagi. Semoga hidayah-Nya kali ini bisa membawaku ke pertaubatan. Aku serahkan semuanya pada Allah. Hanya Allah yang tak meninggalkanku.  

Pak Rofiq dan beberapa orang tetangga menjengukku. Meskipun kelargaku tak ada yang datang, aku sangat bahagia ternyata teman-teman masih setia menemani. Kudengar perbincangan petugas PKU dengan mereka tentang tindakan medis yang akan ditempuh . 

" Bapak, kami telah menghubungi keluarga Pak Jarwo. Kami mendapat informasi dari pihak keluarga , mereka sudah angkat tangan. Mereka tidak mau tahu lagi tentang biaya pengobatannya. Bagaimana dengan masalah ini mungkin Bapak bisa memberi solusi."

Kepala Desa dan beberapa pemuka masyarakat yang kebetulan bezuk, segera mengambil kesepakat . Mereka  siap mengambil alih tanggung jawab keluarga atas semua tindakan dan biaya perawatanku.

" Baiklah dok, kami bersama masyarakat siap bertanggung jawab. Silakan diambil tindakan."

 Aku benar-benar merasa bersyukur. Aku tidak hanya  mendapat suport spikis namun juga secara materi. Ternyata saudara-saudara yang tak ada pertalian darah justru ada empati yang tinggi.Ini benar-benar kemurahan Allah dalam berkah Ramadhan.

Hari ini enam Ramadhan. Aku benar-benar mendapatkan perlakuan istimewa. Beberapa tenaga medis menanganiku dengan cermat. Dalam kondisi puasa mereka tetap bekerja keras menanganiku.. Akhirnya aku dipindahkan dari UGD ke kamar perawatan. Aku makin bahagia karena anakku sudah datang menungguiku.

Azan Isya berkumandang membawa suasana damai. Aku benar-benar merasakan ketenangan.  Tak terasa lagi rasa sakit yang kuderita meskipun sebelumnya aku merasakan sakit yang luar biasa. Sakit yang tak bisa kugambarkan lagi. Benar-benar dari ujung rambut ke ujung kaki. Namun kini semua terasa nyaman dan tenang. Beberapa saat kulihat orang-orang berdatangan menunjukkan kasih sayangnya untukku.  Hem.. aku tersenyum.  Ternyata mereka khawatir juga ketika aku mulai diam membisu. Bahkan anakku membangunkanku , menggoncang-goncangkan tubuhku. Aku tetap terdiam membisu. Aku ingin tahu sampai di mana kesabaran mereka menghadapiku. Seorang perawat memeriksaku, dia  tampak menggeleng. Aku makin geli menghadapinya. Kemudian dia  memindahkanku lagi ke kamar yang lebih luas. Mereka memanjakanku dengan selimut yang bersih. Aku ditinggalkan sendiri menikmati suasana kamar sangat sunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun