Mohon tunggu...
Fitri Hidayati
Fitri Hidayati Mohon Tunggu... Pendidik -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hijrah

22 September 2017   12:19 Diperbarui: 22 September 2017   12:32 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suasana hening  dalam sentuhan angin yang semilir  menambah  kenyamanan saat kami menikmati udara malam selepas menunaikan salat Isya di Masjid At-Taubah di Kawasan Rest Area Km 57 Tol Cipali.

 Ku tengok jarum jam menunjukkan pukul 20.15 menit , aku sengaja  duduk bersantai di tangga masjid sambil menunggu  suami dan anak-anak yang masih terlihat menikmati istirahat di dalam masjid. Perjalanan ini memang melelahkan, namun tertebus sudah dengan kepuasan melepas rindu dengan anak dan cucu di BSD, meski singkat namun kami sangat menikmati dengan penuh kebahagiaan.

Seorang laki-laki tampak melangkah menaiki tangga , semakin mendekat, tepat di hadapan ku tiba-tiba lelaki itu berhenti dan membungkuk memungut sesuatu,

" Maaf, apa ini milik Anda?", lelaki itu menyodorkan sesuatu padaku.

" Oh, betul Pak, ini kunci mobil saya. Terima kasih Bapak.", aku menerima sambil tersenyum.

" Hati-hati menjaga sesuatu yang Ibu miliki, apapun itu, karena bila sudah terlepas kita baru akan menyesal. Termasuk kunci mobil ini, di sini banyak lalu lalang orang, sebenarnya aman sih, tapi andai barang ini terlempar dan diinjak orang, akan menyulitkan kita mencari di antara banyaknya sepatu dan sandal itu , apalagi ini barang yang penting,   boleh saya duduk di sini?", lelaki itu menempatkan diri di samping ku . aku hanya mengangguk sambil bergeser mengambil jarak.

Tampak lelaki itu sudah berumur,  lelah dan kuyu menambah kesan tua . Tiba-tiba dia bertanya, " Ibu menunggu siapa?".

" Menunggu suami dan anak-anak Pak, rupanya mereka masih nyaman menikmati istirahat di dalam, sejenak meluruskan punggung, kalau saya sengaja ingin menikmati pemandangan di sini, di luar lebih asyik sambil menikmati  udara segar."   Jawab ku sambil tersenyum, tampak bapak itu memandang ku dengan pandangan sendu.

 " Oh maaf Pak, ada yang salah dengan ucapan saya? Kenapa ekspresi Bapak berubah sedih ?, "

" Oh tidak apa-apa, saya sangat senang melihat keluarga yang bahagia , di tengah-tengah celoteh anak-anak. Berapa anak Ibu?"

" Anak saya lima Pak, tiga perempuan dan dua laki-laki, sekarang malah tambah dua menantu dan satu cucu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun