Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024

Akrab disapa "Fitri Oshin". Lebih banyak menulis isu kebijakan kesehatan. Bidang peminatan yang diampu meliputi Infectious disease, Health system, One Health, dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Politik

SMS Dari Kemkominfo, "Sukseskan Pemilu 2014"

28 Maret 2014   23:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:20 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13959984711683101421

[caption id="attachment_317512" align="aligncenter" width="480" caption="SMS dari Kemkominfo, Sukseskan Pemilu 2014 (Dok: Pribadi)"][/caption]

“Sukses PEMILU 2014 adalah sukses bangsa. Berikan suara Anda pada tanggal 9 April 2014. Coblos sesuai pilihan Anda.”

Pesan singkat dari Kemkominfo tersebut muncul di layar seluler saya pada kemarin sore tertanggal 27.03.14 pukul 15.38 WIB. Bagi sebagian orang, pesan singkat di atas mungkin tidak begitu penting, hanya lewat saja, sebaliknya saya justru tertarik ibarat alarm sebagai pengingat menuju Pemilu 2014 yang tinggal menghitung hari saja.


Kapan lagi dapat kiriman pesan singkat dari Kemkominfo. Tidak setiap tahun juga kan. Apalagi pemberitaan terkait waktu dihelatnya Pemilu 2014 ternyata belum banyak diketahui publik. Simak diberita, ada karyawan kantor yang diwawancarai wartawan.

Sang wartawan bertanya kapan Pemilu 2014, jawaban “tidak tahu”, “sekitar April 2014, tanggalnya kurang tahu” kerap terlontar. Jawaban ketidaktahuan publik terhadap perhelatan Pemilu 2014 inilah yang mungkin menjadi alasan Kemkominfo menginfokan lewat pesan singkatseluler.

Harapan

Menilik pesan singkat untuk menyukseskan Pemilu 2014. Ada sebuah harapan besar agar rakyat dengan sadar hati berpartisipasi memilih caleg, capres, beserta wakilnya sesuai pilihan pribadi. Sebagai warga negara, kita turut menentukan siapa wakil rakyat yang pantas menyuarakan suara rakyat bagi bangsa ini.


Tentu kalimat, “Suara Anda ikut menentukan perjalanan bangsa ini untuk lima tahun mendatang”, sering kita dengar, bak slogan persuasif nan ciamik. Secara implisit juga diharapkan pemilih supaya tidak golput atau nyoblos asal-asalan yang mengakibatkan suara tidak sah.

Tidak ada salahnya meluangkan waktu dan menyempatkan diri ke TPS setempat untuk mencoblos. Kapan lagi berkesempatan nyoblos, belum tentu lima tahun berikutnya, kita bisa dipertemukan dan merasakan kembali pesta demokrasi. Persentase pemilih muda pada Pemilu 2014 diharapkan mendulang kesuksesan, terlebih lagi memberikan pengalaman pertama ikut nyoblos.

Dilematis

Yang dipermasalahkan adalah keraguan publik terhadap para wakil rakyat yang akan menduduki kursi-kursi panas. Persentase caleg lama yang maju hampir 90 persen. Mereka berharap terpilih kembali dalam Pemilu 2014. Lantas bagaimana kita optimis nyoblos bila calegnya sama alias 4L (Lu Lagi, Lu Lagi).


Kita membutuhkan wajah baru dengan jiwa kepemimpinan yang baru pula. Disadari atau tidak, bagaimana bangsa ini mau maju, jika para wakil rakyat yang duduk di kursi panas tidak berubah wajah. Praktis, Indonesia hanya “jalan di tempat”, seakan tidak ada generasi penerus lainnya.

Para caleg yang maju pada masing-masing tingkat daerah, provinsi, dan pusat belum tentu “dikenali” oleh pemilih. Mereka memang turut berkampanye sesuai daerah pemilihan masing-masing. Sejujurnya, saya sebagai pemilih, tidak terlalu hafal nama-nama caleg.


Pamflet bergambar caleg yang terpajang di pohon hingga tiang listrik hanya saya lihat sekilas sebab terlalu sedih melihat pohon yang “dimanfaatkan” berwajah caleg. Pun begitu dengan spanduk lebar-lebar menghiasi antar-tiang listrik, wajah caleg dari partai apa dengan nama beserta visi dan misi, saya lirik foto calegnya saja.

Ajang pesta demokrasi dianggap terasa “biasa-biasa” dan “tidak mengubah nasib”. Hal tersebut tak jarang terlihat oleh kalangan menengah ke bawah yang hidupnya pas-pas-an. Seperti tayangan pada salah satu stasiun televisi, warga yang tinggal di bantaran rel kereta api, nuansa kekumuhan dengan penghasilan seadanya.


Pergantian kepemimpinan, baik para wakil rakyat dan kepala negara beserta jajarannya tetap tidak mengubah nasib mereka. Kampanye dan blusukan bisa dibilang sekadar minta perhatian sementara dan cari suara.

Jadilah, yang namanya “suara” bisa dimanfaatkan demi kesuksesan.

Mari nyoblos

Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan, baik-buruk serta dilematis dan ironis terkait hajatan lima tahunan ini, ada baiknya kita ikut memilih, nyoblos. Kita masih punya waktu untuk mencari info target caleg buat dicoblos. Sekiranya dari deretan caleg, ada caleg yang lebih baik sesuai pandangan kita masing-masing.


Suatu persiapan awal agar kita tidak salah coblos, perkara siapa yang menang dan terpilih tentu lain soal. Jangan dilupakan pula, kita sudah terdaftar dan punya hak satu suara. Sayang sekali bila kita tidak mempergunakan hak suara.

Terbayang kalau banyak surat suara yang tidak sah disebabkan pemilih yang golput dan tidak mencoblos, berarti surat suara tersebut sia-sia dicetak. Untuk mencetak surat suara, tinta celup, dan segala kelengkapan lainnya membutuhkan biaya yang sangat besar.


Biaya tersebut tentu berasal dari uang rakyat. Oleh karena itu, amat disayangkan alias mubazir, kalau kita tidak mempergunakan hak suara yang sudah terjatah.

Pesan singkat sukseskan Pemilu 2014 dari Kemkominfo rasanya juga berlaku dalam Pilpres nanti, persiapkan pilihan Anda untuk mencoblos.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun