Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Kesehatan Liputan6.com

Fitri Haryanti Harsono, akrab disapa Oshin, berprofesi sebagai Jurnalis Kesehatan Liputan6.com di Jakarta, Indonesia. Meraih Penghargaan The Best Employee KapanLagiYouniverse (KLY) 2019. Fitri menyelesaikan beasiswa untuk menggarap liputan khusus imunoterapi kanker periode November-Desember 2019. Dalam penulisan, Fitri spesialisasi menulis feature/investigasi reporting/indepth-reporting. Terhubung dengan Fitri di Twitter @v3_aishiteru dan Facebook. Email: fitri.harsono91@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Secercah Kebahagiaan di Balik "Kerasnya" Kerja Jurnalis

27 Oktober 2019   10:34 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:23 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski berat menjadi jurnalis, ada kebahagiaan yang tetap dirasakan. (Ilustrasi pexels)

Mengejar narasumber demi mendapatkan konfirmasi dan verifikasi ibarat "makanan" sehari-hariku sebagai jurnalis. Menyajikan tulisan juga berkejaran dengan waktu tayang, terlebih lagi menyangkut isu yang sedang populer dan breaking news.

Sebut saja jika ada kejadian bencana alam dan kecelakaan maut. Kecepatan, ketepatan, konfirmasi, dan verifikasi adalah ramuan utama sebuah artikel tayang. Publik pun bisa membaca berita dengan serangkaian kabar terbaru lainnya.

Jika ditanya berat atau tidak jadi jurnalis? Jawabannya, iya. Bukan hanya persoalan artikel yang ditulis, melainkan tanggung jawab besar yang berada di pundakku. Bayangkan, kalau ada tulisan aku yang salah, ribuan masyarakat yang membaca tulisanku bisa mendapatkan informasi yang salah juga.

Walaupun profesi jurnalis itu berat, ada saja kebahagiaan yang aku rasakan. Bahkan bisa membuatku senyum-senyum sendiri.

Ucapan Terima Kasih

Ya. Ucapan terima kasih termasuk kebahagiaan pertamaku sebagai jurnalis. Terdengar sederhana dan mungkin biasa-biasa saja.

Namun, buatku "terima kasih" punya filosofi berharga. Saat meliput acara, seringkali si empu acara, humas atau public relation mengucapkan terima kasih atas kehadiranku.

Sambil tersenyum, mereka berkata "Terima kasih sudah datang!" dan "Terima kasih akhirnya ada reporter juga yang ditugaskan ke sini". Atau bila ada public relation yang hapal denganku, "Wah, senang, Mbak Fitri yang ngeliput."

Ucapan itu aku peroleh saat datang (sebelum) dan akhir acara. Raut wajah-wajah senang public relation terlihat saat aku menghadiri acara. Bahwa kehadiran diri kita sangat dinantikan.

Meski sebenarnya peliputan yang aku jalani itu bentuk 'tugas negara.' Tak ayal, aku juga ikut senang.

Terkadang ucapan terima kasih diakhiri dengan "Nanti kalau ada acara lagi, kami akan undang ya Mbak ..." Sebuah kalimat tanda membuka jalinan pertemanan dan memperluas jaringan.

Ucapan terima kasih juga mampir ke telinga usai tulisanku tayang. Tentunya, bila si empu acara atau public relation membaca tulisanku. Poin tambahannya, artikel akan dibagikan (share) ke media sosial si empu acara.

Nilai positif yang aku peroleh karena semakin banyak orang membaca tulisan. Semakin banyak juga orang yang tercerahkan lewat tulisanku. Efek kebahagiaan yang tidak terkira.

Pujian terhadap Tulisan

Ketika tulisan dipuji berhasil membuatku senang sekaligus terharu. Pujian seperti "Terima kasih, tulisannya bagus", "Bagus sekali tulisannya" atau "Keren, tulisannya beda banget dari (media) lain" mampir juga ke telingaku.

Memang, apapun tulisannya, baik reportase maupun rilis butuh angle (sudut pandang) tepat dan menarik. Hasil tulisan juga tergantung kecakapan si jurnalis. Bagiku, tulisan sendiri haruslah terbaik.

Itu sebagai persembahanku buat para pembaca. Pujian yang datang termasuk nilai spesial buatku. Senang karena tulisan dihargai. (Kebahagiaan seorang penulis).

Yang lebih menarik, pujian terhadap tulisan menandakan sebuah kepercayaan bahwa kita dipercaya mampu menggarap tulisan dengan baik. Hal ini jadi penilaian bagus buat diri sendiri dan sukses membawa nama media kita.

Lewat tulisan, kita bisa membangun kepercayaan. 

Poin tambahannya, terbuka kepercayaan dan kesempatan untuk project liputan lain.

Seperti pujian, "Mbak Fit, tulisannya mantap. Nanti kalau ada liputan lagi, aku boleh mau Mbak Fit aja yang liputan ya". 

Tentu saja aku menjawab sambil tertawa, "Terima kasih kembali. Boleh kok. Kalau mau aku yang nge-liput bisa izin langsung ke koordinator liputan atau redaktur pelaksana. Karena biasanya penugasan dari mereka".

Membuka Peluang Baik untuk Orang Lain

Beberapa hari lalu, aku sempat terkejut mendapat kabar dari salah satu narasumber yang pernah diwawancarai. Narasumber tersebut punya project terkait pembuatan tabir surya dari jagung. Alamiah dan organik.

Ia menyampaikan, dirinya akan diwawancara oleh sebuah stasiun televisi swasta ternama Tanah Air. Bahkan cara pembuatan tabir surya bakal ditayangkan penuh dalam program acara televisi tersebut.

"Iya, berkat tulisannya Mbak Fit, saya ditelepon dari *** TV buat masuk TV. Terima kasih banyak. Saya memang pengen masuk TV," begitu kira-kira kalimatnya.

Aku pun berpikir, kekuatan tulisan sangat luar biasa. Dari tulisan bisa membuka peluang orang lain memeroleh nasib baik. Bahkan mengubah nasib seseorang.

Setelah disiarkan TV, mungkin saja narasumber yang pernah aku wawancarai itu ditawari kerja sama resmi untuk mempromosikan atau memproduksi tabit surya dari bahan organik. Ya, siapa tahu, di kemudian hari, publik bisa menikmati tabir surya alami yang tak kalah pembuatannya dari bahan kimiawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun