Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Kesehatan Liputan6.com

Fitri Haryanti Harsono, akrab disapa Oshin, berprofesi sebagai Jurnalis Kesehatan Liputan6.com di Jakarta, Indonesia. Meraih Penghargaan The Best Employee KapanLagiYouniverse (KLY) 2019. Fitri menyelesaikan beasiswa untuk menggarap liputan khusus imunoterapi kanker periode November-Desember 2019. Dalam penulisan, Fitri spesialisasi menulis feature/investigasi reporting/indepth-reporting. Terhubung dengan Fitri di Twitter @v3_aishiteru dan Facebook. Email: fitri.harsono91@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gara-gara Sariawan, Jadi Pakai Bahasa Isyarat

4 April 2014   17:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13965806741219808090

[caption id="attachment_318400" align="aligncenter" width="512" caption="Ilustrasi sariawan via img.okeinfo.net"][/caption]

Efek sariawan bisa membuat tubuh tidak mood. Secara pribadi, kita tidak bisa menikmati secara puas aktivitas makan dan minum, dinding mulut seakan terasa nyeri. Betapa tidak nyamannya didera sariawan.


Gara-gara sariawan, sikap seseorang bisa berubah, yang biasanya suka ngomong, cerewet, bawel, tiba-tiba menjadi pendiam—untuk sementara waktu—tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Hal tersebut dialami oleh adik saya.

Adik saya termasuk orang yang banyak bicara, cerita-cerita kejadian di luar atau seputar dunia perkuliahan menjadi perbincangan hangat, seru, dan lucu di rumah. Tatkala didera sariawan, ia berubah diam, nyaris tidak ada suara yang terucap.

Sulit berkomunikasi

Susah ngomong. Begitu alasan yang suka keluar dari adik saya dengan ekspresi wajah yang sedih. Sariawan pun ditunjukkan kepada saya. Terakhir kali adik saya menderita sariawan di area lidah bagian bawah.


Sariawan berupa dua buah bulatan merah dengan warna putih di bagian tengah. Sakit kalau ngomong, lanjut adik saya. Kalaupun bicara begitu pelan suaranya, nyaris tidak terdengar apa yang diucapkannya.

Acapkali terpatah-patah sehingga apa yang dikatakannya harus beberapa kali diulang. Untuk menangkap apa yang disampaikan mau tak mau harus diulang-ulang. Sulit sekali berkomunikasi lisan dengan adik saya yang dilanda sariawan.

Bahasa isyarat

Salah satu cara berkomunikasi dengan adik saya yang sedang sariawan, yaitu menggunakan bahasa isyarat. Ya, bahasa isyarat tersebut atas inisiatif adik saya sendiri. Susah ngomong, maka ia menyampaikan apa yang diucapkan melalui gerak tangan, mempraktikkan suatu hal.


Misal, ia menunjuk roti di atas meja, kemudian gerak tangannya sambil memoles mentega dengan tangan kiri di bawah, sedangkan tangan kanan di atas sambil digoyangkan ke atas dan ke bawah. Saya langsung menangkap bahwa ia minta tolong dibuatkan roti.

Lain pula ketika adik saya meminta tolong untuk membalaskan pesan singkat dari temannya melalui seluler, sementara ia harus ke kamar mandi. Tangannya menunjuk pada pesan singkat yang terbuka, lalu kedua jempol tangan digerakkan ke atas dan ke bawah seakan tengah mengetik huruf. Kemudian ia menunjuk dirinya sendiri dan kamar mandi.


Saya pun berkata, “Oh, mau dibalas smsnya, bilang lagi di kamar mandi gitu?” Anggukkan kepala dan senyum lantas mengembang dari bibir adik saya. Seluler pun langsung diberikan kepada saya, ia segera masuk kamar mandi.

Repot. Jelas iya. Sebab saya mesti menyimak seksama apa maksud gerakan yang adik saya tengah lakukan. Rasa tidak sabar dan terlalu lama, berbelit-belit terkadang membuat saya sebal. Alis saya naik sambil berpikir, mata tertuju pada gerak tangannya.

Salah paham

Hambatan berkomunikasi melalui bahasa isyarat, yaitu terjadi misunderstanding (kesalahpahaman). Salah paham atas apa yang disampaikan kerap kali dihadapi saat berhadapan dengan adik saya yang sedang sariawan. Ia meminta tolong apa, tetapi saya melakukan sesuatu yang berbeda.


Pengulangan gerakan pun dilakukan kembali hingga saya tahu maksud sebenarnya apa. Tatkala nyaris pusing, tidak bisa menangkap apa yang dimaksud hingga mengernyitkan dahi, lalu saya menggelengkan kepala. Adik saya pun berbicara pelan atau menuliskan apa yang ingin disampaikan di kertas.

Betapa menarik menghadapi seseorang yang didera sariawan, seperti adik saya yang membangun komunikasi dengan bahasa isyarat. Ada-ada saja tingkah lakunya yang membuat kita harus berpikir mendalam. Di sisi lain, menuntut kita kreatif menangkap apa yang ingin disampaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun