Mohon tunggu...
Fitria Zahra
Fitria Zahra Mohon Tunggu... Penulis - âš•

helloツ I love reading books, watching movies and listening to musics, nice to meet you ʚ♡ɞ ✩°。 ⋆⸜ 🎧✮

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Bulan

1 Desember 2020   19:22 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:08 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via pinterest.com/pin

"Lepaskan, James. Aku tidak tertarik", kata Karina ketus.

James tidak menggubris pintahan Karina dan membawa Karina menuju taman depan sekolah.

"Dengarkan aku, Karina. Aku-"

"Sudah cukup. Aku mau pulang", cela Karina, ketus.

"Tolong, dengarkan lima menit saja. Aku mohon", balas James. Ia nampak putus asa.

Setelah beberapa saat, akhirnya Karina memutuskan untuk mendengarkan James karena tidak tega. James datang jauh-jauh ke sekolahnya yang ada di seberang kota.

"Aku minta maaf atas segala kecerobohan dan keegoisanku, aku selalu mengajakmu untuk melanjutkan jalan-jalan tanpa memikirkan kondisimu saat itu. Aku sangat tidak perhatian. Aku harap kamu dapat memaafkanku dan aku mengajakmu untuk memulai kembali semuanya. Aku sangat terpukul atas wafatnya Ibumu, dan lagi aku tidak tahan dengan kamu yang tidak seceria dulu. Aku telah belajar dari kesalahanku dan aku akan menjadi temanmu yang baik, yang selalu mendukungmu", kata James dengan muka penuh penyesalan.

Belum ada respon dari Karina. Dia masih berdiri tegak di depan James. James menunduk, tak kuat melihat reaksi Karina. Setelah beberapa saat, tiba-tiba saja Karina melangkah maju dan memeluk James. Karina menangis deras. Selama ini Karina memendam apa yang selama ini dia rasakan. Saat pemakaman Ibunya, Karina tidak terlihat menangis, walaupun pandangannya hampa dan raut wajahnya menyiratkan kesakitan yang dalam. Dia berpura-pura tegar menghadapi masalahnya sendirian. Ia tidak pernah mengalami hal yang begitu menyedihkan seperti ini saat SMP dulu. Kehidupan SMP Karina memang sempurna.

Namun, semenjak James datang, satu-satunya tempat Karina bercerita adalah James. Tapi semenjak insiden Ibu Karina dalam kondisi kritis, James menghindari Karina terus menerus. Padahal dia sangat ingin James menemaninya saat ia sedang mendampingi Sang Ibu. 

Karina berkata, "Mungkin dulu aku sempat kesal karena ajakanmu itu. Memang karena itu, aku tidak bisa mendampingi Mama lebih lama. Tapi aku tidak pernah membencimu karena itu, James. Dibanding itu, aku harusnya bersyukur kamu selalu ada saat aku berada dalam titik-titik terendah dalam hidupku. Sayangnya, kamu menghindariku saat itu. Tapi tidak apa, itu sudah berlalu. Ibu juga senang dengan kehadiranmu bagai bulan yang selalu bersinar dalam gelapnya malamku. Terima kasih atas segalanya dan maaf juga jika aku belum menjadi teman yang baik untuk kamu".

Setelah James dan Karina berbaikan, Karina terbantu perlahan untuk bangkit dari keterpurukannya. Karina, remaja 16 tahun itu bangkit kembali menjadi Karina yang dulu. Sosok periang yang cantik, pintar dan baik itu kembali memenangkan berbagai lomba dan menjadi juara di kelasnya. Karena James ingin terus bersama Karina, akhirnya ia pindah ke sekolah Karina dan mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan hingga mereka dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun