Mohon tunggu...
Fitria Zahra
Fitria Zahra Mohon Tunggu... Penulis - âš•

helloツ I love reading books, watching movies and listening to musics, nice to meet you ʚ♡ɞ ✩°。 ⋆⸜ 🎧✮

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Bulan

1 Desember 2020   19:22 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:08 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via pinterest.com/pin

Dalam diam, ia menyesali perbuatannya yang tidak berada di sisi Ibunya terus-menerus dan selama beberapa minggu sebelumnya selalu pergi jalan-jalan dengan James. James yang mendengar tangisan Karina dari pintu luar ruangan, hatinya pilu. Dan sama seperti Karina, James menyesali perbuatannya yang selalu mengajak Karina jalan-jalan tanpa menghiraukan keadaan Karina yang ternyata ia harus menjaga ibunya. 

Kemudian James langsung pulang dengan perasaan kecewa dan amarah yang menggebu. Dia merasa tidak pantas menjadi teman Karina karena sikapnya yang egois dan ceroboh. Sehingga selama beberapa minggu kemudian, James selalu menghindari Karina ketika Karina sedang di rumah Bapaknya. Karina bingung atas perilaku James yang menghindarinya tiba-tiba. 

Bahkan, di saat-saat tersulit Karina saat menjaga ibunya, James masih saja menjauhi Karina. Padahal Karina membutuhkan seorang teman. Sejak kecil memang Karina tidak punya teman yang benar-benar peduli dengannya. Karena kebanyakan orang berteman dengan Karina karena ia populer, pintar, kaya dan cantik. 

Di tengah malam yang sunyi saat Karina ketiduran menemani ibunya, tiba-tiba saja tangan ibu Karina bergerak dan menyalakan alarm kamar rumah sakit. Karina terbangun dan memegang tangan ibunya perlahan. 

"Ma, Mama masih disini kan?", seru Karina pelan.

"Jangan tinggalkan Karina ya, Ma. Karina tidak punya siapa-siapa lagi selain Mama", ucap Karina hampir mengeluarkan air matanya. Matanya terpejam sambil memegang tangan ibunya dengan erat.

Ibu Karina akhirnya terbangun setelah beberapa minggu koma. Ia menatap Karina dengan tulus dan berusaha berbicara dengan suara yang sangat pelan. 

"Mama, Karina disini. Mama haus? Mau Karina ambilkan minum?", tanya Karina. 

Ibu Karina menggeleng dengan pelan, kemudian dengan isyarat tangan, meminta Karina untuk mendekat. Saat Karina sudah mendekat, Ibu Karina tersenyum. Ia berkata dengan pelan.

"Mama mimpi kamu punya teman laki-laki..? Dia pemuda yang gagah nan rupawan. Egonya sedikit tinggi, namun dia tulus menyayangi kamu apa adanya", dengan lirih Ibu Karina berkata demikian. 

Karina kaget karena tidak menyangka ibunya tau mengenai James, "teman" baru Karina. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun