Pada malam Sabtu yang suram, seolah-olah sebagai pertanda bagi hati yang akan menjadi abu. Jalan-jalan penuh sesak di pusat kota dengan deru kendaraan yang tak henti-hentinya. Bersamaan dengan hatinya yang terbakar, juga terdapat luka yang mendalam. Arul sedang mengendarai motornya dengan cepat, membawa serta seluruh kekecewaan yang dirasakannya. Dia berkendara tanpa tujuan yang pasti, hanya mengikuti dorongan hati yang penuh amarah. Dia tengah dalam keadaan sangat kecewa.
"Dunia ini rasanya lebih baik jika aku pergi," pikirnya.
Arul terus berkendara, bermanuver di antara mobil-mobil yang menghalangi jalannya. Sepertinya, dia benar-benar merasa begitu putus asa. Matanya terus mencari-cari peluang, tetapi pikirannya semakin terombang-ambing. Dia mulai kehilangan konsentrasi saat berkendara. Hingga akhirnya, seorang pengendara motor tiba-tiba muncul dari balik mobil yang berada di depannya. Pengendara tersebut berada beberapa meter di depan Arul. Pria malang ini tidak memiliki waktu untuk bereaksi. Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah menyerah.
Beberapa saat kemudian, orang-orang datang mendekat. Mereka berkerumun untuk menyaksikan adegan kecelakaan yang tragis. Mereka hanya melihat sisa-sisa kejadian tersebut. Sementara itu, pria yang tidak beruntung itu tergeletak di tanah, menjadi objek perhatian orang-orang yang lapar akan sensasi.
* Bersambung *