Mohon tunggu...
fitria nurri afivah
fitria nurri afivah Mohon Tunggu... -

asli indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penanganan Fenomena "Alone Together" untuk Keluarga Bahagia

22 Desember 2014   12:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:44 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

ISTILAH "Together Alone" tengah jadi perbincangan hangat di berbagai belahan dunia. Tak terkecuali Indonesia. Together Alone merupakan gambaran situasi dimana sejumlah orang berkumpul namun sebetulnya mereka memiliki kegiatan sendiri-sendiri. Yang paling sering terjadi, mereka sibuk dengan gadget masing-masing. Tanpa disadari, hal ini sering terjadi di berbagai kesempatan, baik di lingkungan pertemanan maupun keluarga.Ini tentu sangat disayangkan, mengingat kebersamaan dengan keluarga sejatinya punya banyak manfaat. Tak hanya bisa membuat hubungan antar individu lebih akrab dan harmonis, kebersamaan keluarga berpengaruh untuk tumbuh kembang anak-anak.

"‎Kebersamaan itu dapat menimbulkan perasaan safe and secure. Berkumpul bersama keluarga juga bisa mendorong imun serta kecerdasan yang lebih baik. Dari kumpul bersama kita juga bisa menanamkan value pada anak sejak kecil," ujar psikolog anak Efnie Indiranie, saat pengenalan kampanye Oreo #AsyiknyaBersama di Restauran Seribu Rasa, Jakarta Pusat, belum lama ini.Pentingnya kebersamaan sebenarnya sudah dipahami banyak orangtua. Namun hanya sebagian dari mereka yang mau mengusahakan atau mewujudkannya. "Riset di kota Jakarta, Bandung, serta Surabaya, menunjukkan 98 persen ibu mengatakan kebersamaan keluarga penting. Tapi hanya 40 persen di antaranya yang mengusahakan kegiatan bersama," ungkap Ita Karo-Karo Fernandez selaku Marketing Manager Oreo Indonesia. Fenomena ini di kutip dari http://www.tabloidbintang.com/articles/gaya-hidup/psikologi/15097-dampak-positif-kumpul-keluarga-bagi-tumbuh-kembang-anak. Setelah mengetahui hal tersebut untuk itu saya mengangkat fenomena ini menjadi tema pembahasan dalam pembuatn artikel populer ini.

PEMBAHASAN

A.Pengertian

Alone Together yaitu kondisi dimana fisik memang bersama-sama namun secara jiwa tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Fenomena ini adalah apa yang mungkin kita alami setiap hari. Yang terjadi adalah kita sering duduk bersama di ruang keluarga tetapi masing-masing malah sibuk. Ini yang kita sebut sebagai asyik sendiri," demikian disampaikan Ita Karo Karo Fernandez, Marketing Manager Oreo Indonesia.

B.Pananganan masalah Alone Together

Penanganan masalah Alone Together bisa diatasi dengan menggunakan Konseling Keluarga, konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan konseling pada situasi yang khusus. Konseling keluarga ini secara khusus memfokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga. Menurut D. Stanton konseling keluarga dapat dikatakan sebagai konseling khusus karena sebagaimana yang selalu dipandang oleh konselor terutama konselor non keluarga, konseling keluarga sebagai 1. Sebuah modalitas yaitu klien adalah anggota dari suatu kelompok, 2. Dalam proses konseling melibatkan keluarga keluarga inti atau pasangan. (capuzzi,1991) dalam Latipun 2009.

Konseling keluarga memandanf bahwa keluarga secara keseluruhan bahwa anggota keluarga adalah bagian penting yang tidak mungkin dipisahkan dari anak (klien) baik dalam melihat permasalahannya maupun penyelesaiannya. Sebagai suatu sistem permasalahan yang dialami seorang anggota keluarga akan efektif diatasi jika melibatkan anggota keluarga yang lain.(Latipun:2009)

Pada mulanya konseling keluarga terutama diarahkan untuk membantu anak agar dapat beradaptasi lebih baik mempelajari untuk mempelajari lingkungan melalui perbaikan lingkungan keluarrganya (brammer dan shostrom.1982) yang menjadi klien adlah orang yang memiliki maslah pertumbuhan di dalam keluarganya. Sedangkan masalah yang dihadapi adalah menetapkan apa kebutuhan dia dan yang akan dikerjakan agar tetap surveiv didalam keluarganya. (Latipun:2009)

Hal tersebut sejaln dengan pendapat Golden dan Sherwood (1991) dalam Latipun 2009. Yang menjelaskan bahwa konseling/terapis keluaraga merupakan metode yang difokuskan pada keluarga dalam usaha untuk membantu memecahkan problem perilaku anak. Dasar diselenggarkankan konseling keluarga karena keluarga memiliki kekuatan untuk medorong atau menghambat usaha yang baik dari konselor atau guru yang berusaha membantu guru meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kliennya.

C.Pendekatan Konseling Keluarga

Untuk memahami mengapa suatu keluarga bermasalah dan bagaimana cara mengatasi masalah-masalah keluarga tersebut, berikut akan dideskripsikan secara singkat beberapa pendekatan konseling keluarga tiga pendekatan konseling keluarga yang akan di uraikan berikut ini, yaitu pendekatan sistem, conjoint, dan struktural.

1.Pendekatan sistem keluarga

Murray Bowen merupakan peletak dasar pendekatan siste. Menurutnya keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi. Keadadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka. (Latipun:2009)

Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota keluarga melawan yang mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan (gangguan). Jika hendak menghindari dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri dari sistem keluarga. Dengan demikian dia harus membuat pilihan berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya. (Latipun:2009)

2.Pendekatan

Sedang menurut Satir (1967) dalam (Latipun:2009) masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga berhubungan dengan self-esteem dan komunikasi. Menurutnya, keluarga adalah fungsi terpenting bagi keperluan komunikasi dan kesehatan mental. Masalah terjadi jika self esteem yang dibentuk oleh keluarga itu sangat rendah dan komunikasi yang terjadai di keluarga itu juga tidak baik. Satir mengemukakan pandangannya ini berangkat dari asumsi bahwa anggota keluarga menjadi bermasalah dan tidak mampu melihat dan mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan anggota keluarga yang lain.

3.Pendekatan struktural

Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur keluarga dan pola transaksi yang dibangun tidak tepat. Sering dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-batas antara sub sistem dari sistem keluarga itu tidak jelas. Mengubah struktur dalam keluarga berati menyusun kemabali keutuhan dan menyembuhkan perpecahan antara seputar anggota keluarga. Oleh karena itu, jika dijumpai keluarga yang bermaasalah perlu dirumuskan kembai struktur keluraga itu dengan memperbaiki transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai.

Berbagai pandangan para ahli tentang keluarga akan memperkaya pemahaman konselor untuk melihat masalah apa yang sedang terjadi, apakah soal struktur, pola komunikasi,atau batasan yang ada di keluarga, dan sebagainya. Berangkat dari analisis terhadap masalah dialami oleh keluarga itu konselor dapat menetapkan strategi yang tepat untuk membantu keluarga.

D.Proses dan Tahapan Konseling keluarga

Pada mulanya seorang klien datang ke konselor untuk mengkonsultasikan masalahnya. Biasanya datang pertama kali lebih bersifat “identifikasi pasien”. Tetapi untuk tahap penangananperlu kehadiran anggota keluarganya. Menurut Satir tidak mungkin mendengarkan peran, status, nilai dan norma keluarga atau kelompok jika tidak ada kehadiran anggota keluarganya. Jadi dalam pandangan ini anggota keluarga yang lain harus datang ke konselor. (brammer dan shostrom,1982). Kehadiran klien ke konselor dapat dilangsungkan sampai 3 kali dalam seminggu. Dalam pelaksanaanya, sekalipun bersifat spekulatif, pelaksanaan konseling dapat saja dilakukan secara kombinatif, setelah konseling individual dilanjutkan dengan kelompok, atau sebaliknya (brammer dan shostrom,1982). Tahapan konseling keluarga secara garis besar dikemukakan oleh Crane (1995:231-232)yang mencoba menyusun tahapan konseling keluarga untuk mengatasi anak berperilaku oposisi. Dalam mengatasi problem, crane menggunakan pendekatan behavioral, yang disebutkan terdapat empat tahap secara berturut-turut sebagai berikut :

1.Orang tua membutuhkan untuk dididik dalam bentuk perilaku-perilaku alternatif. Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi tugas-tugas membaca dan sesi pengajaran.

2.Setelah orang tua membaca tentang prinsip atau telah dijelaskan materinya, konselor menunjukkan kepada orang bagaimana cara mengimplementasikan ide tersebut. Pertama kali mengajarkan kepada anak-anak,sedangkan orang tua melihat bagaimana melakukan nya sebagai ganti pembicaraan tentang bagaimana hal itu dikerjakan.

Secara tipikal,orang tua kaan membutuhkan contoh yang menunjukkan, bagaiamana mengkonfrontasikan anak-anak yang berposisi. Sangat penting menunjukkan kepada orang tua yang kesulitan dalam memahami dan menerapkan cara yang tepat dalam memperlakukan anaknya.

3.Selnjutnya orang tua memcoba mengimplementasikan prinsip-prinsip yang telah mereka pelajari menggunakan situasi sesi terapi.

4.Setelah terapis memberi contoh kepada orang tua cara menangani anak secaa tepat. Setelah mempelajari dalam situasi terapi, orang tua menoba menerapkannya di rumah saat di coba di rumah, konselor dapat melakukan kunjungan untuk mengamati kemajuan yang dicapai. Permasalahan san pertanyaan yang dihadapi orang tua dapat ditannyakan pada saat ini. Jika masih diperlukan penjelasan lebih lanjut, terapis dapat memberi contoh lanjutan di rumah dan diobservasi orang tua, selanjutnya orangtua mencoba sampai mereka merasa dapt menangani kesulitannya mengatasi persoalan sehubungan dengan masalah anaknya.

E.Kesimpulan dan Saran

Alone Together yaitu kondisi dimana fisik memang bersama-sama namun secara jiwa tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Fenomena ini adalah apa yang mungkin kita alami setiap hari. Yang terjadi adalah kita sering duduk bersama di ruang keluarga tetapi masing-masing malah sibuk. Ini yang kita sebut sebagai asyik sendiri," demikian disampaikan Ita Karo Karo Fernandez, Marketing Manager Oreo Indonesia.

Terkait dengan kasus yang dibahas di atas bahwa komunikasi kelurga itu sangat penting bagi keberlangsungan hidup di setiap keluarga. Alone together merupakan salah satu problematika yang ada di keluarga. Utnuk mengatasi hal tersebut perlu adanga konseling keluarga,yang mana bisa membantu kesejahteraan bagi setiap keluarga yang sibuk akan kegiatan masing-masing anggota keluarga. Dengan konseling keluarga diharapkan bahwa alone together tidak menyebar di kalngan-kalangan keluarga yang belum mengenal alone together.

Daftar Pustaka

Latipun. 2009. PSIKOLOGI KONSELING. Malang. Umm Press

http://www.tabloidbintang.com/articles/gaya-hidup/psikologi/15097-dampak-positif-kumpul-keluarga-bagi-tumbuh-kembang-anak (diakses pada tanggal 7 desember 2014 pada 20.25 WIB

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun