Mohon tunggu...
Fitria Nur Aisah
Fitria Nur Aisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profil pribadi

Mahasiswa Ilmu Sejarah 2020 Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Polemik Hubungan Antar Etnis di Kota Surabaya Pada Masa Kolonial

14 Mei 2022   23:22 Diperbarui: 14 Mei 2022   23:50 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kota Surabaya sebagai salah satu kota utama di Indonesia pada masa kolonial tidak lepas dari keberagaman etnis di dalamnya. Wilayah yang luas dan strategis menjadikan kota Surabaya tempat migrasi bagi para etnis-etnis lain. Secara umum, etnis terbesar dari penduduk kota Surabaya adalah orang Jawa. Meskipun pemerintah kolonial tidak pernah menggolongkan orang Jawa menjadi golongan etnis sendiri, tetapi etnis Jawa menjadi satu kesatuan dari golongan penduduk yang disebut Inheemschan dan secara politis dijuluki sebagai Inlander (Bumiputera atau Pribumi). Sebutan tersebut umumnya untuk membedakan dengan orang-orang Eropa, Cina, Arab, atau Timur Asing. Umumnya para pendatang yang bermigrasi ke Surabaya seperti Maluku, Madura, Bali, Sulawesi dilatar belakangi oleh untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

            Artikel ini juga menjelaskan informasi menarik terkait asal usul orang Bali dan Lombok di kota Surabaya. Kemungkinan besar orang Bali dan Lombok migrasi ke Surabaya terkait dengan perdagangan budak yang terjadi pada abad ke-18 sampai awal abad ke-19. Perdagangan budak tersebut untuk memenuhi kebutuhan para keluarga-keluarga Eropa di kota Surabaya. Kemudian pada tahun 1850-an perdagangan budak di kota Surabaya dilarang, dan para budak tersebut berstatus bebas. Sedangkan keberadaan orang-orang dari Maluku dan Ambon di kota Surabaya sebagian besar adalah orang-orang yang direkrut menjadi tentara KNIL oleh pemerintah kolonial Belanda dan sebagian kecil merupakan orang-orang yang merantau ke Surabaya atas kemauan sendiri.

            Orang-orang dari Sumatera banyak juga yang menetap di kota Surabaya, umumnya mereka bekerja sebagai pedagang. Sedangkan orang-orang Sulawesi yang datang ke Surabaya adalah orang-orang kapal yang kemudian menetap di Surabaya untuk mencari penghidupan. Selain dari Indonesia, etnis-etnis lain juga ada yang mendiami wilayah kota Surabaya pada masa kolonial, salah satunya yaitu orang-orang Cina. Orang-orang Cina merupakan perantau yang sudah ada di wilayah kota Surabaya bahkan sebelum adanya orang-orag Eropa yang datang ke Surabaya. Umumnya mereka datang dari Fukkian (Hokkian) dan dari Kwantung (Kanton). Profesi mereka juga sangat beragam, mulai dari pedagang, tukang kayu, tukang logam, pengelola penggilingan beras, pengelola tanah pertanian, bandar candu, dan lain-lain.

            Selain orang-orang Cina, imigran asing yang cukup banyak mendiami wilayah kota Surabaya adalah orang-orang Arab yang mulai masuk ke kota Surabaya pada awal abad ke-19. Bahkan kota Surabaya merupakan koloni terbesar komunitas Arab di Nusantara. Baik orang Cina maupun orang Arab pada masa kolonial masih dianggap sebagai orang asing, meskipun kedatangan kedua bangsa ini sudah ada sejak Beland datang ke Indonesia. Sebagai warga orang asing, pada awalnya orang-orang Cina dan orang-orang Arab harus tinggal di lingkungan tertentu dan diatur sepenuhnya oleh pemerintah Eropa. Sehingga terdapat tiga kelompok pemukiman di Surabaya yang didasarkan pada perbedaan etnis, yaitu pemukiman orang Cina, pemukiman orang Melayu, dan pemukiman orang Arab. Sedangkan untuk orang-orang Bumiputera menyebar di beberapa tempat dan tidak ada aturan khusus terkait pemukiman untuk Bumiputera.

            Sedangkan untuk hubungan antar etnis di kota Surabaya tidak seperti hubungan antar etnis yang sejajar di antara para penduduknya. Orang-orag Eropa masih tetap mempertahankan posisi mereka sebagai entitas. Sehingga adanya perbedaan golongan yang terjadi di masyarakat khusunya di daerah perkotaan. Golongan paling utama adalah orang-orang Eropa yang beragama Kristen, kemudian adalah orang campuran Belanda Indonesia, kemudian orang-orang Cina, Arab, Timur Asing, dan yang paling bawah adalah golongan Bumiputera.

Akibat hal ini menjadikan perbedaan di beberapa aspek seperti dalam pemerintahan, status sosial dan hubungan kemasyarakatan yang lain. Orang-orang Bumiputera terkesan sering ditindas oleh orang-orang Eropa. Seperti contoh dalam laporan resmi Gemeente Surabaya pada tahun 1930, yang tercantum daftar orang-orang Bumiputera yang bekerja pada lembaga tersebut, yang sebagian besar menduduki posisi-posisi yang kurang penting. Meskipun ada yang menduduki beberapa posisi penting di Gemeente Surabay namun jumlahnya tidak terlalu banyak.

Hubungan orang-orang Eropa dengan orang-orang Bumiputera sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas. Misalnya, sebagian orang-orang Eropa melihat etnis Madura dengan ciri-ciri yang suka marah-marah, kasar, pendendam, mudah tersinggung. Ketika orang-orang Madura di olok-olok oleh orang-orang Eropa mereka akan menghunus belati. Sehingga sejak tahun 1864 dilakukan penyitaan terhadap senjata-senjata orang-orang Madura. Selain itu juga, perilaku-perilaku orang-orang Belanda yang diskriminatif terhadap etnis lain, mereka menganggap bahwa posisi sosial dan politik mereka istimewa sehingga terkadang menimbulkan reaksi negatif dari kelompok-kelompok etnis lain.

            Orang-orang Arab di kota Surabaya juga mendapatkan label buruk dari orang-orang Bumiputera, karena orang-orang Arab di anggap religius dan taat beragama. Namun juga terkenal dengan tabiat buruknya dalam kegiatan perekonomian. Orang-orang Arab sering dituduh oleh orang-orang Bumiputera melakukan tindakan riba dengan cara yang halus sehingga tidak di olok-olok oleh orang-orang Bumiputera.

            Kejadian-kejadian diatas merupakan dinamika hubungan antar etnis di Surabaya pada masa kolonial dimana masih terjadinya ketidak adilan antara satu golongan dengan golongan yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun