Soal sampah memang tak ada habisnya. Ketika presiden kita mengusung visi Revolusi Mental, ternyata mental orang Indonesia itu payah.Kenapa saya bilang seperti itu, karena hal sepele saja mengenai sampah, bungkus makan sisa makan mereka contohnya, mereka tidak mau membuang sampah ke tempat sampah yang tersedia.Â
Kesadaran yang  sangat rendah membuat pemerintah daerah mengeluarkan PERDA mengenai sanksi jika tidak membuang sampah pada tempatnya, maka akan  dihukum kurungan maksimal 6 bulan dan denda maksimal 5 juta, untuk wilayah Jakarta.  Namun, peraturan tinggallah tulisan yang hanya dibaca, dengan tempat sampah yang sudah tersedia, rasanya masih berat jika harus jalan menuju tempat sampah.
Kalau banjir sudah datang saja, baru kita  menyalahkan pemerintah, padahal itu adalah andil dari ketidak pekaan kita terhadap lingkungan. Mungkin ada beberapa tempat yang tidak menyediakan tempat sampah, setidaknya kalau kita peka, kita akan membawa bungkus sampah tersebut, itu adalah salah satu hal yang saya praktekkan, bisa di coba, tidak memberatkan sama sekali!
Belakangan ini, muncul video viral mengenai petugas kebersihan bioskop, dimana dengan beban kerja mereka yang workload, minimal kita bisa membantunya dengan membawa sampah kita sendiri, bersikaplah selayaknya itu adalah rumah kita yang harus dijaga kebersihannya. Selain itu, muncul juga social experiment mengenai tata cara kita makan setelah kita selesai makan di tempat makan, sendiri ataupun bersama dengan tempat atau keluarga kita.Â
Ya lagi-lagi untuk meminimalisir beban kerja pelayan serta mengasah kesadaran kita, pengumpulan piring atau mangkok ke tengah meja dan menumpuk piring menjadi satu akan saat membantu. Ketika seseorang tanpa kesadaran, alih alih mereka akan berbicara bahwasannya, sudah ada pekerja, otomatis mereka yang harus melakukannya. Coba pikirkan, jika kita melakukan itu, tak hanya meminimalisir beban kerja pelayan namun perputaran costumer juga semakin singkat ketika sudah ada pemesan meja selanjutnya.
Beberapa hari ini juga ada video, dalam video terebut seseorang mengembalikan lagi sampah yang di buang oleh pengendara mobil. Ya, kesadaran itu sangat susah untuk di bentuk. Terkadang kita merasa bahwa itu bukan tanggung jawab kita, karena ada petugas kebersihan lah, rempong bawa bawa sampah lah, dan lain sebagainya. Dengan masalah sekecil ini saja, orang rentan untuk berpikir maju terhadap efek di kemudian hari, jadi tak salah jika Indonesia ini bebal hukum. Jika fasilitas saja tak membuat mereka berubah, maka bencana bisa jadi membuat kesadaran mereka terasah.