Wanita yang bersekolah tinggi kemudian di masa depan saat menikah mampu menjadi wanita karir, sepertinya sudah layak atau seharusnya. Bahkan saat ini banyak wanita yang sudah bisa bekerja layaknya sama dengan laki-laki, bukan wanita menjadi laki-laki ya. Tetapi bisa bekerja sama halnya laki-laki yang bekerja. Mohon jangan salah artikan.
Mungkin masih ada yang mempermasalahkan wanita karir saat sudah menikah. Tapi saat ini hanya beberapa yang berpikiran seperti itu.
Tetapi yang menjadi topik saya saat ini adalah wanita yang sudah berpendidikan tinggi, tetapi saat menikah lebih memilih menjadi ibu rumah tangga.
Sebenarnya topik ini bisa saja menjadi pembelaan untuk saya atau wanita lainnya yang lebih memilih di rumah saja mengurus suami dan anak. Eitz, saya belum menikah ya guys. Tapi saya hanya menyuaran isi hati saya jikalau suatu saat nanti saya lebih memilih menjadi ibu rumah tangga.
Pasti banyak orang yang akan berkomentar tentang wanita yang sudah susah payah mendapat gelar sarjana bahkan magister, jika akhirnya dia hanya mengurus rumah beserta isi-isinya.
"Ngapain sekolah tinggi-tinggi, kalau akhirnya di dapur juga"
"Gelarnya aja sarjana, tapi akhirnya di dapur juga"
Atau jenis komentar lainnya.
Ini adalah beberapa jenis yang akan di hadapi oleh wanita sarjana yang memilih menjadi ibu rumah tangga.
Jujur saja, "apasih salahnya menjadi ibu rumah tangga, bukannya itu pekerjaan yang mulia. Salahnya di mana?"
Mungkin orang tidak akan menyalahkan perannya, karena kebanyakan yang mengatakan itu adalah para ibu rumah tangga pula. Yang mereka tanyakan adalah di mana gelar kita saat menjadi ibu rumah tangga?
