Mohon tunggu...
Fitria Alda Safira
Fitria Alda Safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Keperawatan

Stikes Mitra Keluarga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Masalah Psikologis pada Anak Remaja

22 Oktober 2022   22:15 Diperbarui: 22 Oktober 2022   22:29 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menurut WHO (World Health Organization), Remaja merupakan fase kehidupan antara masa kanak-kanak dan dewasa, dari usia 10 sampai 19 tahun. Dimana remaja akan mengalami perubahan fisik, kognitif dan psikososial yang cepat. 

Pengertian remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia antara 10-18 tahun, dan merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup besar (hampir 20% dari jumlah penduduk).

Dapat disimpulkan masa remaja adalah masa perubahan baik fisik maupun psikologis dari anak-anak sampai menjadi dewasa, dalam masa perubahan tersebut remaja rentan terhadap apapun yang diterimanya sehingga akan mempengaruhi perasaan, pola pikir, cara mengambil keputusan, dan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Menurut data UNICEF pada tahun 2019 diperkirakan 1 dari 7 remaja mengalami masalah mental. Menurut WHO (World Health Organization) depresi, kecemasan dan gangguan perilaku merupakan penyebab utama penyakit dan kecacatan di kalangan remaja. 

Diperkirakan sebanyak 3,6% anak usia 10-14 tahun dan 4,6% anak usia 15-19 tahun mengalami gangguan kecemasan. Dan diperkirakan sebanyak 1,1% remaja usia 10-14 tahun dan 2,8% remaja usia 15-19 mengalami depresi. 

Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menunjukan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan, untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang. Dan pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki presentase depresi sebesar 6,2%.

Kecemasan atau Ansietas

Merupakan kondisi yang normal ketika seseorang menghadapi suatu ancaman atau bahaya, tetapi jika kecemasan yang berlebihan akan menjadi hal yang sangat mengganggu saat situasi yang mengancam tidak ada atau tidak seburuk yang dipikirkan.

Ansietas adalah perasaan waswas, khawatir, rasa takut yang tidak jelas disertai perasaan ketidakberdayaan, ketidakpastian, dan ketidaknyamanan yang seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam (Husna et al., 2022). Remaja yang mengalami anisetas dapat muncul berbagai tanda dan gejala diantaranya,

  • Perasaan khawatir
  • Gugup
  • Tangan berkeringat
  • Peningkatan tekanan darah
  • Detak jantung lebih cepat
  • Mual
  • Sakit perut daj sakit kepala
  • Sulit berkonsentrasi
  • Perubahan nafsu makan
  • Gangguan tidur
  • Tantrum dan agresif

Factor penyebab munculnya kecemasan pada remaja bervariasi diantaranya ada factor keturunan, adanya perlakuan kekerasan terhadap anak remaja, kedekatan orang tua, anak yang memiliki fobia tertentu, anak remaja pernah mengalami peristiwa traumatis seperti kecelakaan, pola asuh orang tua, dan factor genetic (Amalia et al., 2021)

Menurut hasil penelitian (Hidayati et al., 2022) terapi yang dapat dilakukan pada remaja untuk menurunkan ansietas pada remaja antara lain :

  • Terapi kognitif
  • Terapi ini untuk membantu remaja berpikir logis dengan kondisinya dan melihat sisi lain dari kondisi yang sedang dialaminya.
  • Family psychoeducation
  • Dukungan keluarga yang baik dapat membantu anak untuk membentuk koping yang konstruktif. Keluarga memiliki peran penting dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada anak. Terapi yang dilakukan meliputi tarik napas dalam, teknik distraksi, hypnosis 5 jari yang telah terbukti dapat menurunkan kecemasan pada remaja.
  • Terapi meditasi
  • Terapi ini membantu remaja untuk membentuk kepercayaan diri pada remaja dengan mengurangi dan mengendalikan pikiran negative dan perilaku marah. Terapi ini juga dapat meningkatkan perhatian dan kesadaran diri.
  • Expressive writing therapy
  • Teknik terapi ini mendorong remaja untuk menulis pengalaman tidak menyenangkan yang mengganggu pikiran, Ketika seorang remaja menulis dia akan melepaskan emosi yang selama ini terpendam dan mencoba menyusun kembali ingatan pada peristiwa tertentu, sehingga menciptakan kesadaran ulang di otak untuk memperbaiki pikiran negative, sehingga anak remaja dapat memiliki pikiran yang positif.
  • Terapi logo dan terapi suportif
  • Teknik terapi ini menggunakan peristiwa yang tidak menyenangkan sebagai alat ukur untuk menemukan tujuan hidup yang lebih baik. Terapi ini untuk mengajarkan anak untuk melihat nilai positif dari peristiwa yang tidak menyenangkan yang mereka alami dan memberikan kesempatan untuk merasa bangga dengan hidup yang mereka jalani. Setelah diberikan terapi logo selanjutnya di berikan terapi supportive, sehingga setelah mereka tahu arti dari peristiwa tidak menyenangkan dalam hidupnya maka terapi supportive akan memecahkan masalah yang tidak menyenangkan tersebut dengan memberikan dukungan yang memadai pada remaja.
  • Art therapy
  • Terapi ini memungkinkan anak remaja dapat lebih memahami kecemasan yang mereka alami dan bagaimana kecemasan tersebut mempengaruhi mereka. Teknik art therapy ini membantu anak remaja untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka melalui seni atau gambar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun