Mohon tunggu...
Fitrawan Umar
Fitrawan Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Penulis Buku

Universitas Muhammadiyah Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Arief Rosyid dan Buku

3 Agustus 2020   16:01 Diperbarui: 3 Agustus 2020   16:23 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahad (2/8/2020) saya menjadi host dalam acara bincang virtual bersama Arief Rosyid, satu di antara beberapa komisaris milenial di lingkup BUMN saat ini. Arief sendiri adalah Komisaris Bank Syariah Mandiri.

Arief Rosyid adalah sosok pemuda yang komplit, setidaknya bagi saya. Ia seorang dokter gigi, pengusaha, aktivis, pengurus masjid, penulis, dan pada ranah akademis, saat ini, ia menempuh kuliah S3 di Universitas Indonesia.

Arief mendirikan Merial Institute, Aktivis Milenial, Suropati Syndicate, dan masih tercatat sebagai Ketua Pemuda Dewan Masjid Indonesia. Pada tahun 2015, ia dipilih sebagai 70 Tokoh Berpengaruh di Indonesia versi Majalah Men's Obsession.

Arief mengamalkan apa yang selama ini ia katakan, terutama saat menjadi Ketua Umum PB HMI, yakni 'Keteladanan'. Pemuda hari ini minim keteladanan sehingga setiap kita perlu menjadi seorang yang teladan.

Saya pertama kali bertemu Arief Rosyid tahun 2010 di acara Training of Recruitment (ToR), semacam pelatihan menulis dan penerimaan anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Sulawesi Selatan, yang berlokasi di hutan pendidikan Tabo-Tabo, Kabupaten Pangkep. Waktu itu saya menjadi ketua panitia karena lebih dulu masuk FLP, dan Arief Rosyid sebagai peserta. Sebagai panitia, kami sangat senang, dan sebenarnya juga penasaran karena tahu bahwa Arief Rosyid adalah mantan Ketua BEM FKG dan Sekretaris HMI Cabang Makassar Timur.

Dalam perbincangan FLP Sulsel Talk kemarin, terungkap bahwa sebenarnya tulisan-tulisan Arief Rosyid sudah banyak terbit di koran sebelum akhirnya mencoba ikut pelatihan menulis. Namun, ia mengaku kepercayaan dirinya untuk terus menulis semakin meningkat setelah ikut kegiatan tersebut meski sampai sekarang ia masih menganggap tulisannya belum seberapa dibanding, misalnya yang ia sebut, Yudi Latif.

Arief mengaminkan ungkapan, "Seburuk-buruknya tulisan, lebih buruk apabila tidak dituliskan." Saya sendiri menangkap kesan, Arief memang sosok pembelajar dan haus ilmu. Sejauh ini Arief menerbitkan lebih dari 10 buku, seperti  "Yakin Demokrasi Sampai", "Merebut Optimisme", "Memilih Masa Depan", "Jalan Liku Jaminan Kesehatan Nasional", "JK Kembali ke Masjid", "Melayani Generasi", "Identitas Kita", dan terbaru adalah "BUMN Berakhlak".

Buku terbaru Arief Rosyid | tandaseru.id
Buku terbaru Arief Rosyid | tandaseru.id
Dunia aktivis dan buku sebenarnya sangat dekat. Tokoh-tokoh pendiri bangsa adalah orang-orang yang akrab dengan buku. Mereka membaca buku, mereka menulis buku. Namun, semakin ke sini, semakin sedikit aktivis muda yang menerbitkan gagasan-gagasan mereka lewat tulisan. Arief Rosyid sangat terinspirasi dari tokoh-tokoh pendiri bangsa sehingga memilih jalan yang kini sunyi itu. Arief juga menulis buku "Memetik Keteladanan: Catatan Kecil tentang Pendiri Bangsa".

Arief mengaku menulis sebagai media berbagi pikiran dan tidak dinafikan sebagai aktualisasi diri. Arief juga percaya bahwa memang menulis adalah pekerjaan keabadian. Ia menulis untuk mengabadikan momen-momen di dalam hidupnya, terutama dalam dunia aktivisme yang ia tempuh.

Bagi Arief, berorganisasi dan menulis adalah pekerjaan paruh waktu, tetapi dikerjakan dengan sepenuh hati. "Part time, but full heart," katanya.  Ia pun percaya, "Jika kita mengurusi orang lain, Allah akan mengurus diri kita."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun